"Cinta itu tidak pernah mengenal musim panas dan dingin, tergantung aliran cinta seseorang bersemi di mana, dan dengan siapa."
Bagi mereka yang lagi memadu kasih dan ingin berlangkah ke jenjang pernikahan komitmenlah. Jangan cepat-cepat berkesimpulan bahwa cinta sudah cukup untuk membangun rumah tangga. Saya mau beritau, menikah itu bukan perkara cinta saja tetapi juga soal komitmen. Setelah saling mencintai harus ada konitmen untuk setia pada cinta yang sudah dibina.
Benar bahwa hubungan itu berawal dari cinta, tetapi setalah cinta, harus ada komitmen untuk bertahan pada cinta. Sulit kita bicara soal bertahan, bila cinta tidak dilandasi komitmen yang kuat untuk mempertahankan hubungan yang ada.
Awalnya kita yakin bahwa kita pasti bertahan, karena betapa dasyatnya getaran cinta yang mengalir dari lubuk hati, tetapi seiring berjalannya waktu, kadar cinta mengalami pasang surut, disitulah dibutuhkan komitmen untuk menangkis pasang surutnya cinta.
Teman saya berkisah.....
"Romo, sampai saat ini saya masih bertahan dalam membangaun rumah tangga karena komitmen kami berdua yakni; pertama, harus setia menjaga janji suci perkawinan dan yang kedua, demi anak-anak."
"Kalau bukan karena sakramen perkawinan dan anak-anak, mungkin kami sudah tidak bersama lagi", katanya.
Cinta antara dua insan tidak akan pernah tuntas dibahas, karena begitu ruwetnya. Bicara tentang cinta sesungguhnya bicara tentang kedekatan dua hati, dua hati yang berbeda, (bukan keluarga, pria dan wanita, beda perasaan) didekatkan untuk memandang keluar (kehidupan) bersama. Karena itu, selain cinta, dibutuhkan komitmen untuk bertahan.
![Foto dok.pribadi/Pemberkatan Nikah di Gereja Katedral Atambua](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/05/20210205-094216-601ca4028ede480dec6c80f2.jpg?t=o&v=770)
Jadi tak perlu menyesal bila cinta sudah digariskan. Selanjutnya adalah bagaimana anda berdua merawatnya dan berkomitmen untuk setia padanya.