Hal yang bisa diusahakan misalnya, terus berkomitmen untuk menjadikan dan mengusahakan sekolah katolik sebagai tempat anak-anak berkembang menjadi manusia yang dewasa, yang dibarengi dengan kematangan pribadi serta religiusitas yang kuat, karena pada dasarnya sekolah katholik adalah tempat untuk belajar nilai-nilai kemanusiaan yang membebaskan.
Selain itu, perlu ada relasi, komunikasi yang kuat antara pendidik dan orang tua, karena pendidik di sekolah, adalah pendidik formal, yang waktu perjumpaannya masih terbatas, dan peran orang tua menjadi penting, supaya pendidikan karakter itu terus berkesinambungan bagi anak-anak ini. Barangkali masih 'berbau' hal-hal operasional, yaitu dengan mengupayakan serta menghidupkan semangat subsidiaritas, yang kalau dalam bahasa iman kita dikenal dengan 'semangat berbagi', dengan harapan bahwa yang kuat akan membantu yang lemah, diserta dengan usaha untuk menghemat pembiayaan pendidikan, termasuk di dalamnya: sarana dan prasarana yang tersedia.
Sekolah Katolik perlu berbenah dan menegaskan diri, tanpa perlu kehilangan arah dan roh Kekatholikan. Ada keyakinan bahwa, yang terutama adalah dengan terus memegang prinsip pembebasan sebagai semangat utama pendidikan, karena di negara manapun, terlebih di negara miskin dan berkembang, pendidikan diselenggarakan untuk membebaskan masyarakat dari sekian banyak persoalan yang membelitnya. Kalau pendidikan formal tidak sanggup menghadirkan spirit pembebasan, diperlukan kerja-kerja sosial untuk membantu masyarakat keluar dari situasi tersebut.
Sekolah katholik, harue tetap mempertahankan ciri khas, karena didasari oleh semangat kristiani, bisa mengambil bagian untuk mengisi kekosongan sekaligus kerinduan tersebut. Terlebih, apabila sekolah katholik hadir dalam keprihatinan-keprihatinan, sehingga dalam hal ini juga terdapat bentuk-bentuk kesaksisan-kesaksian iman.
Menjadi kewajiban setiap penyelenggara pendidikan untuk mengusahakan supaya setiap orang menerima pendidikan, terutama mereka yang akan memenuhi harapan Gereja, (Gravissimum Educationis art. 2), karena pada dasarnya, pendidikan bukan sekedar untuk pendewasaan pribadi manusia saja, melainkan untuk mencapai pemahaman tentang misteri keselamatan, dan makin hari menyadari karunia iman yang telah mereka terima, sehingga nama Allah Bapa senantiasa dimuliakan dalam Roh Kebenaran.
Aspek lain yang dipandang penting adalah, perlu adanya regenerasi dan manejemen yang baik. Sekolah katholik harus mengembangkan khasannya, misalnya di SMPK Don Bosco ada yang namanya pengembangan minta dan bakat; musik, seni tari, vokal, dan hal positif lainnya sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
Model dan spiritualitas yang mesti ditampakan adalah, spiritualitas sang Guru Ilahi yakni Yesus Kristus, "aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani." Sekolah katholik harus menyedari bahwa selama ini, metode yang diterapkan untuk para pendidik adalah metode pengabdian, jadi kesejahteraan guru lebih banyak dikemas dalam semangat pengabdian. Hal ini tentu tidak salah tetapi untuk jaman sekarang, sekolah katholik perlu memikirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
V. Catatan akhir
Sebagai akhir dari catatan ini, saya menaruh respek terhadap tenaga pendidik yang selama ini telah berkorban untuk mempertahankan ciri khas kekatholikan. saya juga saya mengajak para pelaku pendidikan, marilah kita bahu-membahu untuk terus menigkatkan mutu pendidikan katholik, jika bukan kita, siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?