Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Keripik Kulit Pisang dan Batang Pisang ala Umat Paroki Santo Gabriel Kapi, Agats Papua

15 Januari 2021   15:52 Diperbarui: 16 Januari 2021   21:53 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto.dok.pribadi/adonan keripik dari kulit pisang

"Untuk sebagaian orang kulit pisang dan batang pisang tidak bernilai, tapi tidak untuk umat Paroki Kapi, Keuskupan Agast Papua."

Kapi adalah nama sebuah kampung yang mungkin terasa asing di telinga kita. Kampung Kapi terletak di tepi sungai Mamats, Keuskupan Agats Papua.

Menurut data dari Keuskupan Agats, tahun 2018, jumlah umat Santo Gabriel Kapi mencapai 2.219 Jiwa dengan klasifikasi 115 kepala keluarga. (sumber:keuskupanagats.or.id). Penduduk Kapi bersifat homogen, artinya hanya satu suku yakni Asmat.

Bagi saya umat Paroki Kapi unik dan menarik karena, mereka hidup di atas air, (rawa-rawa). Menurut cerita Pastor Paroki Kapi, pastor Hendrikus Antoin Ola, Pr, bahwa umatnya tidak pernah merasakan yang namanya lahan kering, semuanya adalah air.

"Kami tinggal di atas air, rawa-rawa. Kami tidak pernah merasakan yang lahan kering atau tanah kering", Kata romo Heri Ola, Pr, imam asal Noemuti, Nusa Tenggara Timur, (NTT), yang saat ini dipercayakan menjadi pastor paroki Kapi.

Foto.dok.pribadi/adonan keripik dari kulit pisang
Foto.dok.pribadi/adonan keripik dari kulit pisang
Dari sekian cerita unik yang saya dengar, menurut saya yang paling menarik adalah bagaimana anak-anak paroki Kapi mengolah batang pisang dan kulit pisang menjadi keripik untuk dipasarkan.

Hal ini menarik karena di sebagian daerah kulit pisang tidak memiliki nilai jual tapi tidak untuk anak-anak Paroki Kapi, Keuskupan Agast Papua, batang pisang menjadi makanan khas dan bisa dipasarkan.

Cara pembuatannya juga sederhana;

1. Keripik batang pisang

"Pisang dikupas kulit kerasnya (bagian luar), diambil bagian tengahnya saja kemudian dicuci tiga kali, lalu direndam dengan air tumbukan bawang putih, kunyit, ketumbar, daun jeruk purut dan penyedap Royco. Selanjutnya, dicelup ke dalam tepung beras (5 sendok kuah) dan tepung tapioka (2 sendok kuah) kemudian baru digoreng." Keripik batang pisang siap dikonsumsi atau dibungkus sesuai harga untuk dipasarkan.

2. Keripik kulit pisang

"Caranya, kulit pisang diiris kecil-kecil dan tipis-tipis, kemudian direndam dengan air garam secukupnya selama dua malam. Selanjutnya dicuci bersih dan dibumbui. Bumbunya sama saja seperti bumbu keripik batang pisang. Begitu pula tepungnya sama juga baru digoreng." Demikian kata Rm. Hery Ola, Pr. Pastor Paroki Kapi.

Foto.dokpri./Keripik batang pisang dan kulit pisang siap dipasarkan
Foto.dokpri./Keripik batang pisang dan kulit pisang siap dipasarkan
Masa pandemi covid-19, memaksa kita untuk dia di rumah. Keadaan ekonomi kita pun semakin memburuk. Bila kita kehilangan kreatifitas memanfaatkan banyak waktu di rumah maka yang ada hanyalah penderitaan dan kebisanan.

Bagi saya, inilah salah satu cara kreatif yang digagas oleh anak-anak pastoran St. Gabriel Kapi. Corona tidak membuat mereka kehilangan kreatifitas tetapi menjadi peluang bagi mereka untuk berusaha, dengan memanfaatkan bahan yang ada disekitar.

foto.dok.pribadi/Gereja Paroki Kapi Keuskupan Agats Papua
foto.dok.pribadi/Gereja Paroki Kapi Keuskupan Agats Papua
Saya menaruh respek terhadap cara kreatif yang dilakukan oleh orang Asmat di Kapi. Kreatifitas anda sekalian membuka mata kami untuk tidak pasrah dan mengeluh dengan keadaan yang terjadi tetapi tantangan corona harus menjadi peluang berusaha, berkreasi, serta mendatangkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. 

Teruslah berjuang, kalian adalah anak-anak Tuhan yang hebat.

Atambua, 15.01.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun