Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yth. 2020 dan 2021, Selamat Jalan Kenangan, Selamat Datang Harapan

31 Desember 2020   10:13 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:31 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Tempora mutantur et nos mutamur in illis. Waktu berubah dan kitapun berubah di dalamnya"

Peredaran waktu telah menghantar kita pada titik akhir dan titik awal, akhir 2020 sekaligus awal 2021. Filsuf Heraklitus mengatakan, "Waktu terus mengalir dan tidak ada yang tinggal tetap." Hari ini tidak akan terulang lagi untuk selamanya. Kita menerima bahwa sejarah merupakan rangkaian pengulangan kisah, memang ada kemiripan tetapi tidak persis sama apa lagi pada orang yang sama.

Waktu berubah begitu cepat dan nyaris tak terkejar. Rasanya baru kemarin, namun yang pasti satu tahun telah berlalu. Semuanya tinggal cerita dan kenangan. Hanya bisa dikenang tetapi tak mungkin dihadirkan kembali. Pepatah Latin mengatakan, "Tempora mutantur et nos mutamur in illis", "Waktu berubah dan kitapun berubah di dalamnya"  

Perjalanan waktu setahun telah mengukir kisah dan kenangan, ada sukses dan gagal, jatuh dan bangun, suka dan duka, hidup dan mati, tertawa dan menangis. Semuanya merupakan dinamika hidup yang saling mengiringi dan mengokohkan.

Pengalaman hidup melahirkan rasa yang mengharu biru dan berwarna warni. Kita merasa belum seberapa meski waktu terus berlalu dan kitapun bertambah tua.

Momen penghujung tahun menjadi saat penting untuk kita melihat ke dalam diri. Bisa jadi kita merasa menjadi pemenang atas kehidupan setahun. Mungkin juga kita berkaca diri dan menemukan diri kita 'penuh luka', insan berdosa yang kebetulan masih diberi waktu setahun lagi untuk berjuang.

Terlepas dari semua warna-warni hidup, kita perlu bersyukur atas perjalanan hidup selama setahun. Kita telah melewati perjalanan ini. Satu hal yang pasti adalah Ia masih mengijinkan kita untuk berjalan setahun lagi. Kita masih diberi kesempatan, meski tantangan demi tantangan, kegagalan demi kegagalan seakan menjadi teman setia rentang waktu setahun.

Mari kita melepas pergikan tahun 2020, dengan satu ungkapan nada syukur. Bersyukur karena Tuhan telah menyertai kita. Bersyukur karena Tuhan berjalan bersama kita. Bersyukur karena Tuhan hadir dalam suka-duka hidup kita. Bersyukur karena Tuhan hadir dalam canda dan tawa kita. Mari kita bersyukur karena kita masih diberi waktu. Hingga detik ini Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk berjuang satu tahun lagi.

Marilah kita beralih ke tahun baru dengan harapan baru. Semoga di tahun 2021 penuh berkat. Yang salah jalan kembali pada jalan yang benar, yang menangis segera tertawa. Yang sakit lekas sembuh. Yang mati masuk surga, yang miskin menjadi kaya, yang malas jadi rajin, yang pasif kembali aktif. Yang lemah jadi kuat, yang gila kembali waras, yang jomlo mendapat jodoh, yang muda semakin dewasa, yang dewasa semakin bijaksana.

Di setiap langkah ada tujuan, di setiap nafas ada kehidupan, di setiap harapan ada kepastian, di setiap doa pasti ada jawaban. Say goodbye 2020. selamat jalan 2020. Selamat jalan masa lalu. Selamat jalan kenangan. Welcome 2021. Selamat datang 2021. Selamat datang harapan. Tuhan masih setia menyertai kita.

Biarkan saya selipkan puisi ini, mewakili rasa yang mengharu biru di penghujung tahun.

Entahlah...

Adalah Dia yang selalu manis di setiap waktu, terutama di penghujung tahun

Napas kehidupan yang masih setia di tengah ketidakpastian rasa untuk tetap berada pada tempatnya.

Kadang kala, apakah artinya jika pandangan hanya berisi sejumlah tuntutan dan melupakan pujian dan kasih karunia

Seperti kacang yang terlepas dari kulitnya, Dia bahkan terus memberi pengampunan, juga tiada henti menceritakan tentang kabar baik.

Jadi, harus sampai kapan kesadaran itu akan tercapai bila diri terus berlalu, enggan hingga menciptakan ketidakpekaan

Sudah sewajarnya perubahan terjadi agar segalanya terasa lebih baik lagi.

Mengenai kenyamanan ketika berpijak, pun tentang bagian tak kasat mata di dunia lainnya nanti.

Dengan berjuta terang benderang yang sudah diberi, harapan pun harus disertai sedikit perubahan.

Meski kadang kala sukar suka untuk  dilakukan, berusahalah .... karena semua itu akan indah pada waktu-Nya.

Atambua, 31.12.2020


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun