Pada akhirnya kita pun terdiam dan membiarkan hujan turun membashi hati lagi gersang. Kenangan yang pernah membuat kita panas pun berlalu saat hujan datang hinggga hati kita terjebak hujan.
Yang mananya luka itu sudah pasti membekas, tapi disitulah kita belajar arti sebuah perjalanan. Semua yang indah hanyalah sementara. Dunia hanyalah tempat menarik nafas sebelum kita berjalan menuju pulang. Toh, kita pun tidak membawa apa-apa saat kita pergi.
Kadang kita terjebak hujan tapi tak mengapalah, ketimbang terjebak masa lalu yang tak selalu indah. Lain waktu lain pula cerita. Kejadian masa lalu hanyalah cerita indah masa kini. Indah memang, tapi hanya bisa dikenang seiring berjalannya waktu.
Ibarat buku, begitulah hidup kita. Ada buku yang tebal dan ada buku yang tipis. Ada buku yang menarik untuk dibaca, ada buku yang tidak menarik untuk kita ceritakan, tapi hal yang pasti adalah selalu tersedia lembaran-lembaran putih yang siap untuk ditulis dan diceritakan. Kadang indah kadang suram dan menyakitkan, namun lembaran baru adalah kesempatan untuk memperbaiki diri yang harus disyukuri.
Hidup adalah anugerah. Syukuri apa yang dimiliki saat ini. Bila kamu mempunyai pilihan, pilihlah yang terbaik. Jika kamu tak memiliki pilihan, lakukanlah yang terbaik. Itulah kebajikan hidup yang harus tertanam dan mengakar di hati.
Jalani hidup dengan sabar. Hidup adalah perjalanan dan bukan pelarian. Jangan pernah lari dari kenyataan. Percayalah hujan rahmat Tuhan takkan pernah habis untuk kita.
Atambua, 04.12.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H