Amarah yang kau tunjukan hanya untuk membungkus rapat luka yang terus melebar yang kau nikmati. Kepala lima yang dipikul tidak menjadi ukuran kebijaksanaan dalam menjalani hidup. Hidup hanya untuk melecehkan kebersamaaan. Â
Ya, mau bagaimana lagi, mamanya juga sudah biasa, terakhir jadi kebiasaan. Semua angkat tangan, termasuk orang dalam rumah sendiri jadi bosan dan membiarkan kau menikmati penyakitmu.
Padahal batuk yang kau derita cukup menegaskan usiamu yang sudah tidak lama lagi.
Saya mau cuman mau bilang, hidup ini seperti kita berjalanan. Kita terus saja berjalan hingga tiba pada satu tujuan. Lucuti semua kenikmatanmu dan pandanglah kemunafikan di depan kaca, maka ia akan berbisik, padamu, ssstt..ingat umur...
Atb. 05.11.20
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI