Sekilas terlihat semangat yang menggebu dia memerankan perannya di pinggir jalan utama di suatu daerah di Bogor, terlihat sangat menikmati gerakan-gerakan yang menghibur para pengendara di sebuah lampu merah di persimpangan jalan, sambil berharap agar lampu merah tidak segera berganti dengan lampu hijau saat dia pamer keahliaanya.
Dengan berbekal pakaian yang dia punya sebagai senjata untuk 'menjual' aksinya dan berharap para pengendara terhibur dengan aksinya dan melemparkan sebuah senyum kesenangan dan 'membeli' sebuah aksi sang superhero dengan koin Rp500an atau mungkin jika beruntung ada yang menghargai  dengan lembaran 2000 an atau 5000 an. yah...sebuah pemandangan yang sangat menghibur sekaligus kadang mengharukan dimana saat ada beberapa pengendara yang tidak tertarik sama sekali dengan aksinya sehingga sang ''pahlawan marvel'' ini tidak diapresiasi sama sekali, mungkin mereka sedangan ada masalah di rumahnya, atau habis dikejar deadline pekerjaan sehingga sampai terpikirkan di lampu merah persimpangan jalan itu, Namun biarkan saja toh masih banyak yang bisa melemparkan senyum walaupun setelah lampu hijau mereka langsung tancap gas tanpa meniggalkan ''sesuatu'' untuk membeli makan siang sang pahlawan.
Kadang dia terlihat kelelahan dan berhenti beraksi saat lampu hijau menyala dan spiderman ini duduk dipinggir jalan sambil melepas lelah dan melepas topeng kebanggaanya sambil menghitung berapa uang yang didapat dari hasil 'beraksi' tadi sebelum lampu hijau menyala. Lalu kadang dengan senyuman dia bersyukur atas apapun hasilnya, kemudian bergegas untuk memakai topeng ajaibnya dan memainkan peran lagi saat lampu sudah menunjukkan warna merah.
Itulah sekelumit kehidupan spiderman di Indonesia, mungkin sangat berbeda dengan  sang pahlawan sebenarnya di dunia Marvel namun ada beberapa kesamaan antara keduanya, mereka sama-sama berjuang untuk sebuah kebaikan, dan mereka mengalami pengorbanan saat berjuang entah difitnah, tidak dihargai, dilecehkan beberapa orang. Bukankah  pahlawan juga tidak bisa membahagiakan semua orang ?? Â
Satu perbedaan yang sangat mendasar adalah saat yang satu berjuang di dunia yang fiksi sebagai gambaran imajinasi sang sutradara untuk membuat orang berfantasi dengan perjuangan membawa kebaikan di dunia yang imaginer, sedangkan yang satu tanpa sutradara dia berjuang sendiri dengan imajinasinya untuk membuat para pengguna jalan terhibur atau setidaknya hanya melempar senyum saya rasa itu cukup membuat senang.
Dia berjuang untuk kebaikan secara nyata, kebaikan untuk dirinya sendiri dengan mencari rejeki dengan cara yang benar atau setidaknya dia melakukan hal-hal yang tidak dilarang seperti mencuri, atau menjadi pengemis yang merendahkan harga dirinya. Pahlawan untuk keluarganya  untuk hanya mendapatkan sedikit rejeki untuk bekal makan bagi istri dan anaknya malam nanti.Â
Bagi saya dia adalah salah satu bentuk pahlawan di dunia nyata yang memberi kebaikan bagi dirinya, pengguna jalan dan keluarganya di rumah, bukan hanya pahlawan dengan kekuatan fiktifnya yang membawa kebaikan di film-film pox office. kemauan untuk mencari nafkah dengan cara yang benar, tidak mengemis belas kasihan orang, dan semangat untuk tidak menyerah, berjuang dengan keras, dan bersyukur dengan rejeki yang diberikan Tuhan hari ini untuk sekedar untuk makan keluarganya sudah cukup menjadikan dia sebagai pahlawan sebenarnya di dunia.Â
Bogor 8 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H