Mohon tunggu...
Zacky Rizki Ibrahim
Zacky Rizki Ibrahim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Aceh - Yogyakarta. Pencinta Buku dan Sejarah. Penulis Syair, Penyuka Puisi dan Pemerhati Budaya. – seorang Anarcho Sosialis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta Penuh Luka

21 Maret 2014   03:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

– [ Sebuah Protes Sosial untuk Tuan Paduka Aceh ] –

Entah harus bagaimana hamba ceritakan

tentang perih kami yang bertutur

tentang syair mati yang dihidupkan kembali

tentang sejarah yang kehilangan ceritanya

Tuan

bagaimana perkampungan miskin orang-orang kami

bagaimana sekolah-sekolah kami,

bagaimana pusat kesehatan dipelosok kampung kami

bagaimana keadilan,

bagaimana kesejahteraan,

bagaimana, Tuan?

buka sedikit saja matamu, Tuan

lihatlah, masih banyak saudara kami yang belum makan

sementara kalian sudah kenyang dan mencuci tangan

tetangga kami yang petani

tubuhnya kering terbakar matahari

hitam legam belum makan lagi

nelayan dikampung kami

mengarungi laut membelah angin

menantang mati

menafkahi anak dan istri

lihatlah, Tuan.

kulit tubuh kami yang menghitam legam,

lelah kami membajak dada kami sendiri,

memakan benih-benih harapan kami yang mati.

lepaskankanlah sengsara kami,

hapuskanlah lapar kami.

dengarkan suara-suara kami

lenting perih kami yang setia ikhlas

ejawantahkanlah bahasa hati kami

artikan bahasa nurani kami

sebab pikiran dalam kepala kami

sebab harapan dalam dada kami

penuh dengan duka dan tangisan

maafkanlah kelancangan kami

karena kini harus mencabuti duri-duri dari tubuh kami sendiri

dari pikiran-pikiran kami sendiri

dari hati kami sendiri

kini harus kami petik airmata kebencian kami

mewakili saudara-saudara kami

kemiskinan - kemiskinan kami

sengsara kami

belenggu kami

kerontang hati kami

harapan-harapan kami

Oo

kepala ke kepala segala penuh perih

tubuh ke hati penuh perih

pikiran kami penuh perih

harapan kami penuh perih

rasakanlah perih kami

kemiskinan kami

sengsara kami

harapan kami

bebaskanlah perih kami

kepala ke kepala segala penuh perih

tubuh ke hati penuh perih

pikiran kami perih

harapan kami perih

Oo

kepala ke kepala segala penuh perih

tubuh ke hati penuh perih

rasakan perih kami

rasakan perih kami

rasakan perih kami

rasakan perih kami

rasakanlah ..... perih kami

– Zacky Rizki Ibrahim, Yogyakarta, 1 Februari 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun