Mohon tunggu...
Cove Zebua
Cove Zebua Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

Belajar dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Aspal Buton, Harta Karun Terpendam di Bumi Indonesia

26 Juli 2015   15:14 Diperbarui: 26 Juli 2015   15:14 6221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Eksplorasi Asbuton, sumber: www.butonpos.com"][/caption]

Menarik menyaksikan acara Explore Indonesia di Kompas TV hari Minggu tanggal 19 Juli 2015 yang lalu. Episode kali itu membahas tentang berbagai potensi yang dimiliki Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Salah satu yang telah dikenal luas adalah kandungan aspal alamnya, atau yang lebih dikenal dengan istilah aspal buton/ asbuton. Saking melimpahnya, stok asbuton kabarnya dapat melayani kebutuan aspal nasional selama beratus-ratus tahun. Betapa kayanya negeri ini...!

Ditinjau dari proses pembentukannya, aspal diklasifikasikan menjadi aspal minyak dan aspal alam. Aspal minyak adalah aspal yang banyak kita kenal selama ini. Aspal jenis ini berasal dari residu destilasi minyak bumi. Sementara aspal alam terbentuk dari lapisan minyak bumi yang terperangkap dalam lapisan bumi. Lama kelamaan lapisan minyak tersebut naik dan bercampur dengan tanah dan batuan. Berbeda dengan aspal minyak yang membutuhkan eksplorasi hingga kedalaman ribuan meter, aspal jenis ini tidak memerlukan eksplorasi yang sangat dalam karena biasanya sudah dapat ditemui di kedalaman 1,5 meter, bahkan di permukaan bumi. Asbuton adalah salah satu contoh dari aspal alam.

Asbuton ditemukan oleh geolog asal Belanda WH Hetzel Asbuton pada tahun 1924, dan digunakan pertama kali dalam pengaspalan jalan dua tahun kemudian. Diperkirakan total kandungan aspal alam di Pulau Buton tidak kurang dari 750 Juta Ton. Ini berarti 80% cadangan aspal alam di dunia terdapat di pulau ini, sisanya berada di Trinidad Tobago, Meksiko, dan Kanada. Sayangnya, meski stok aspal melimpah, hampir semua pekerjaan konstruksi jalan menggunakan aspal minyak impor dari negara tetangga. Jika kebutuhan aspal sebesar 2 Juta Ton per tahun, maka dibutuhkan Rp. 18 Triliun untuk mengimpor aspal minyak. Bandingkan jika menggunakan asbuton, hanya diperlukan biaya Rp.8,7 Triliun. Artinya dapat dilakukan penghematan sebesar Rp.9,3 Triliun per tahun selama masa layan minimal 350 tahun!

Pemanfaatan asbuton untuk proyek-proyek jalan di Indonesia sebenarnya sudah mulai menemui titik terang pada tahun 1970, yaitu pada ruas Cimahi – Padalarang sepanjang 3 Km. Puncaknya di era 1980an, produksi aspal buton mencapai masa keemasannya dengan jumlah produksi 300 ribu ton per tahun. Hal tersebut dapat dicapai tentunya karena dukungan Pemerintah yang saat itu mengeluarkan kebijakan untuk memanfaatkan aspal buton untuk proyek-proyek Bina Marga. Namun, seiring berjalannya waktu dukungan yang diberikan pun kian luntur. Saat ini hampir semua proyek jalan menggunakan aspal minyak impor.

Belakangan, Pemerintah kembali mencoba merajut benang kusut pengelolaan dan pemanfaatan asbuton dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 35 Tahun 2006 tentang Peningkatan Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan. Dalam permen ini disebutkan bahwa setiap tahun Direktur Jenderal Bina Marga menetapkan ruas-ruas Jalan Nasional yang menggunakan asbuton dalam penanganannya. Disebutkan pula bahwa Pemerintah pusat menyediakan bantuan stimulan bahan asbuton bagi daerah yang mengusulkan pemanfaatannya. Hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan, volume penggunaannya sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan volume proyek jalan secara keseluruhan. Proyek-proyek yang tidak masuk kategori wajib asbuton lebih memilih menggunakan aspal minyak impor dengan berbagai alasan, seperti: kualitas yang lebih baik, harga dan ongkos pelaksanaan lebih murah, serta kemudahan pelaksanaan. Di level daerah juga demikian, hanya Pemerintah Kabupaten Buton yang menerapkan kebijakan 100% asbuton untuk setiap proyek jalan.

Sepertinya diperlukan kebijakan yang lebih tegas dan jelas untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi SDA yang sangat menjanjikan ini. Harus ada target volume yang signifikan terhadap jumlah proyek secara keseluruhan. Target ini diupayakan meningkat setiap tahunnya seiring dengan usaha-usaha perbaikan dalam teknik penggunaan asbuton. Memang harus diakui, penelitian tentang asbuton yang selama ini banyak dilakukan belum mampu memberi solusi terbaik, namun jika harus menunggu lebih lama lagi bisa-bisa potensi asbuton tidak pernah dapat kita nikmati. Harapan yang sangat besar kita gantungkan kepada pemerintahan saat ini, semoga dapat melakukan terobosan dalam mengoptimalkan pemanfaatan aspal buton. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga menjadikan negara kita sebagai salah satu produsen aspal alam terbesar di dunia.

-dirangkum dari berbagai sumber-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun