Mohon tunggu...
Cove Zebua
Cove Zebua Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

Belajar dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Interaksi Harmonis Luar dan Dalam Menuju Keluarga Indonesia yang Damai dan Tenteram

20 Juli 2015   14:37 Diperbarui: 20 Juli 2015   14:37 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika dalam keluarga Pak Anies orang tua berperan sebagai teman bertumbuh, orang tua saya menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dari sana karakter kami terbentuk tidak jauh berbeda dengan Bapak dan Mama, seperti kata pepatah: buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Selama dibesarkan oleh kedua orang tua, kami tidak pernah melihat adanya pertengkaran di antara mereka, jikapun ada (sepertinnya mustahil akur terus, :D hehehe) mungkin sudah komitmen untuk tidak menunjukkannya kepada anak-anak. Tidak pernah kami mendengar kata-kata kasar dari orang tua, baik yang dilontarkan kepada anggota keluarga maupun orang lain. Meskipun hati panas, semua persoalan diselesaikan dengan kepala dingin. Rumah benar-benar diperuntukkan sebagai tempat berbagi kasih sayang di antara anggota keluarga. Sangat jarang Bapak dan Mama membawa-bawa masalah pekerjaan ke rumah. Suatu teladan yang baik menurut saya.

Interaksi antara orang tua dan anak, sebagai teman bertumbuh ataupun sebagai teladan hidup sama-sama baik untuk diterapkan. Tinggal bagaimana kita memilih formula terbaik untuk keluarga kita masing-masing.

Interaksi antar anak

Hubungan antar anak sering kali diwarnai keributan-keributan kecil, terutama pada masa pertumbuhan. Namun, bila tidak dimanage dengan baik, dapat terbawa-bawa hingga dewasa. Menurut saya formula terbaik untuk membangun hubungan harmonis di antara anak-anak adalah menghormati yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda. Setiap friksi yang terjadi akan dapat diminimalisasi karena dibatasi rasa hormat dan sayang satu sama lain.

Interaksi keluarga dengan lingkungan/ masyarakat

Kualitas sebuah keluarga tercermin dari peran sertanya dalam masyarakat. Keluarga yang baik selalu mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Biasanya meski harus berpindah-pindah tempat tinggal, keluarga yang seperti ini selalu mengambil peran dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Ketiga jenis interaksi yang diuraikan sebelumnya, bermuara pada kemampuan keluarga untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Jika berhasil menciptakan interaksi yang harmonis di antara anggota keluarga, maka secara alami keharmonisan itu juga terpancar keluar saat berinteraksi dengan lingkungan/ masyarakat sekitar. Sebagai tambahan, pesan orang tua saya berikut ini mungkin bisa menjadi masukan yang baik bagi kita dalam berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Di beberapa kali kesempatan, beliau menyampaikan pesan yang juga didapatkan dari orang tua beliau (kakek saya): “Dalam hidup, ada dua hal yang tidak boleh diingat. Yang pertama segala hal buruk yang pernah kita terima dari orang lain, dan yang kedua segala hal baik yang kita perbuat untuk orang lain”. Kalimat sederhana ini menuntut kita untuk senantiasa membuka pintu maaf selebar-lebarnya kepada orang lain, dan juga tidak pernah bosan untuk berbuat baik seakan-akan tidak pernah berbuat baik sebelumnya.

Di atas semuanya itu, sebagai bangsa yang berkeTuhanan, setiap interaksi kita baik di dalam keluarga maupun dengan lingkungan sekitar, haruslah dilandasi oleh takut akan Tuhan. Sebab, Tuhanlah sumber segala hikmat, yang akan membimbing dan menuntun kita untuk mampu menerapkan keempat pola interaksi di atas dengan baik. Meski sulit, jika diterapkan oleh setiap keluarga di Indonesia, maka niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang damai dan tenteram karena hidup sebagai satu kesatuan keluarga harmonis: Keluarga Indonesia.

 

Referensi:

  • Buku “Melunasi Janji Kemerdekaan” - Biografi Anies Rasyid Baswedan, Penerbit Zaman
  • Pengalaman pribadi sebagai guru terbaik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun