Masih di jalan yang sama, di kota yang sama. Kota yang tak pernah kujamah lagi, semenjak waktu itu. Kamu tampak anggun dengan baju putih. Rambutmu terurai indah. Tampak sama ketika aku menatap matamu lekat. Wajahmu yang sayu, basah oleh hujan yang kita permainkan sore itu. Dan tubuhmu, masih sama dengan dulu.Gelang itu.... Apakah kamu masih ingat?
Rasanya aku ingin kembali di 13 Juni itu. Akupun yakin, saat ini kamu ingin melakukan hal yang sama. Tepat empatbelas tahun lalu. Saat itu, usia kita masih Dua Puluh. Tapi rasa yang kita miliki lebih dari bulatnya angka yang Nol. Kini Kamu bersama Malaikat Kecil berbaju Merah Jambu dengan Boneka Beruang hadiah ulang tahunmu. Apakah Kamu masih ingat?
Asam mulutku saat ini. Mungkin jika Kamu tahu, Kamu akan memberikan rasa manis melalui sentuhan bibir yang membuatku lupa pada Sebatang Rokok. Apakah Kamu masih mengingatnya?
Senyuman yang setiap detik aku menatapnya selalu menusuk dan membekukan nadi nadiku. Benar saja, itu hanya senyumanmu. Berat menatapmu, Lagi. Hanya dari sini, dititik terdekat dalam kejauhanku. Aku melihatmu tersenyum pada Dia. Pria yang menyematkan cicncin di jari manismu. Kamu Bahagia. Lalu dimana Benda itu? Masih ada, dan aku percaya jika Kamu menjaganya. Masih tetap indah menggantung di lehermu. Cincin yang bersinar dikalung lehermu itu aku berikan padamu ditaman ini. Apakah Kamu masih ingat?
Dua jam aku mengagumimu dari sini. Titik terdekat dari kejauhanku. Aku tak kunjung Bosan. Kamu, Bahagia dan menyimpan semuanya dengan baik. Aku kian yakin, rasaku yang aku sematkan pada rongga hatimu masih tersimpan dicelah terdalam hatimu. Sama seperti ketika aku meninggalkanmu ditaman ini. Dengan darah kemudian semuanya berlalu.... Apakah Kamu masih ingat?
Jemarimu aku genggam untuk terakhir. Kemudian kamu menangis... Apakah Kamu masih ingat?
Dua jam. Waktunya aku pergi bersama Mereka. Berdiam dialam berbeda. Aku selalu melihatmu sebelumnya. Namun kini aku bahagia melihatmu bahagia. Aku memelukmu tanpa terlihat....Membisikan Rasa yang tak sempat kuucapkan......
" Untukmu Senja yang pernah mengisi sepenuh Jiwaku. Aku menaklukkan kerasnya hati yang tak pernah kutemui sebelumnya. Mencumbui waktu bersama Keheningan dan Kegamangan Rasaku sendiri. Mentari yang selamanya menjadi Dewi, aku pernah menyayatmu dengan api Rasaku untukmu. Kemudian Aku meraih Naifnya Dunia juga Rasaku padamu yang tak pernah jadi Nyata. Sebongkah Rasa ini akan terus kusimpan untuk Kamu. Senja yang tak pernah kupahami antara Beda dan Rasaku Utuh..."
-Anissa Putri Rahmarsari kepada Cinta yang selalu Ada-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H