Mohon tunggu...
Ali Nur Alizen
Ali Nur Alizen Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ilmu, antara Subsidi dan Otodidak

16 Mei 2015   04:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ilmu bukanlah sebuah hal yang datang tiba tiba. Bukan tamu undangan yang datang tanpa dijemput. Untuk merangkul ilmu kita perlu usaha untuk menjemputnya. Secara garis besar saya menyimpulkan ada dua cara untuk merangkul ilmu dan pengetahuan. Memanfaatkan subsidi dan berotodidak.

Sebagai seorang anak, umumnya kita bisa melakukan dua cara ini dengan baik, memanfaatkan subsidi dan berotodidak.

Pertama, memanfaatkan subsidi. Subsidi ini hadir atau diberikan dari orang tua kita berupa pendidikan disekolah, madarasah, pondok pesantren, dan lembaga pendidikan lainnya.Subsidi ini dapat kita manfaatkan dengan baik bila kita belajar disekolah dengan rajin, ulet dalam melakasanakan tugas dari guru, dan mengikuti kegiatan lain disekolah. Orang yang mendapat kesempatan ini haruslah bersyukur, karena tak semuanya berkesempatan mendapat subsidi dari orang atau sanak saudara yang menyediakan subsidi untuk kita. Subsidi inipun tak selamanya akan kita dapatkan. Kala orang tua sudah tak mampu lagi mneydiakan, maka, hilanglah sudah kesempatan kita untuk mendapat ilmu. Disamping itu tak sedikit pula teman kita yang tak mendapat peluang itu dari orang tuanya. Banyak kendala yang membatasinya. Mulai dari kekurangan biaya dan lain sebagainya.

Selalau ada jalan bagi orang orang yang mempunyai tekad kuat. Masih ada cara lain selain memanfaatkan subsidi, yaitu berotodidak. Berotodidak disini berarti mandiri, mencari sendiri keluasan ilmu dan pengetahuan. Caranya dapat menyisihkan uang untuk membeli buku dan membacanya. Membeli majalah, Koran, dan mengikuti seminar-seminar atau bimbel (dengan sisihan uang sendiri).

Cara yang kedua ini mengingatkan perjuangan anak anak Belitung dalam laskar pelangi karya andrea hirata atau kisah matari yang berani menghutang demi terus belajar di perguruan tinggi dalam 9 Matahari karya adhenita. Tidak mengenal batas waktu, umur, jenjang pendidkan, dan biaya. Tapi ingat, berotodidak akan tetap memiliki batasan bilamana kita tak lagi memiliki inisiatif sendiri dan dirundung kemalasan.

Teman, marilah manfaatkan subsidi pendidikan yang masih diberikan pada kita dan jangan lelah untuk terus memperluas ilmu dan pengetahuan.

“you can change all thing for the better when you can change yourself for the better”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun