- Judul Buku : 9 dari Nadira
- Penulis : Leila S. Chudori
- Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
- Buku ini dapat dibaca di Gramedia Digital dan Ipusnas
Kematian seorang Ibu tentu akan sangat mempengaruhi mental sesorang dan mengubah kehidupan sebuah keluarga. Terutama, jika ibu tersebut dikenal sebagai seorang yang kuat dan penuh gairah hidup. Apalagi jika kematian itu datang dengan dijemput sendiri, tiba-tiba dan tampak sudah direncanakan sejak lama.
Nadira Suwandi adalah putri dari Kemala dan Bramantyo Suwandi. Nadira mengikuti jejak Bapaknya sebagai seorang wartawan, sehingga sedari kecil Nadira sudah menjadi kebanggaan Bapaknya. Kemala menggambarkan Nadira sebagai anak yang akan paling berpikir rasional saat dia meninggal, bahwa Nadira akan mengurus seluruh keperluan pemakamannya disaat keluarga berkabung. Kemala Yunus telah memprediksikan reaksi keluarganya saat menemukannya meninggal. Â Tetapi, dia tidak memprediksi kerusakan yang akan timbul pada diri Nadira, anak bungsunya.
Nadira terus bertanya-tanya, hal apa yang membuat ibunya yang kelihatan penuh kehidupan itu memutuskan untuk mati di hari itu. Jawaban pertanyaan itu tidak Ia temukan sehingga membuatnya jatuh ke dalam depresi. Nadira, dibalik sosoknya sebagai seorang wartawan yang tangkas, adalah seseorang yang kehilangan arah. Dia memilih tidur di bawah meja kerjanya, berpakaian seadanya, dan memilih  menutup diri dari rekannya. Nadira yang dalam kondisi tersebut tetap berusaha menjaga mental Bapaknya sehingga Bapaknya tidak sadar bahwa Nadira justru lebih membutuhkan memento dari ibunya yaitu tasbih yang selalu melekat pada ibunya, dibandingkan saudaranya yang lain. Nadira sendiri juga tidak sadar bahwa dirinya sangat menyedihkan dan sangat membutuhkan bantuan. Nadira selalu menolak perintah atasan untuk mengambil cuti, dan idenya untuk beristirahat justru mengambil  liputan tentang kriminal yang justru membuka traumanya dan membuatnya sadar bahwa hubungannya dengan keluarganya tidaklah seperti yang dia bayangkan selama ini.
Kematian Kemala akan terus membayangi kehidupan Nadira dewasa, luka yang tidak pernah diobati di dalam hatinya membuatnya mencari cara untuk keluar dari dunianya yang abu-abu, Nadira memutuskan untuk jatuh cinta. Keputusan Nadira ini justru akan membawanya ke dalam kerumitan hubungan lain. Nadira gagal memahami atau mungkin memilih untuk tidak tahu bahwa selama ini, ada orang yang selalu mencintainya sepenuh hati.
9 dari Nadira ini merupakan kumpulan cerpen dari Leila S. Chudori yang pernah terbit di beberapa media massa berbeda. Meskipun cerpen -- cerpen tersebut ditulis dalam rentang waktu yang berbeda, semua cerpend di dalam buku ini memiliki satu kesamaan yaitu Nadira. Kita diajak mengikuti kehidupan Nadiara dari berbagai sudut yaitu Nadira sebagai anak dari Bramantyo dan Kemala, Nadira sebagai seorang saudara bagi Nina dan Arya, Nadira yang seorang wartawan, Nadira sebagai seorang kekasih yang jatuh cinta, Nadira sebagai seorang istri dan ibu. Pada akhirnya, cerpen-cerpen ini membentuk alur seperti novel. Â Jika kita melihat buku ini sebagai sebuah buku novel yang utuh, Â novel ini akan disajikan dalam alur yang maju dan mundur. Ceritanya dibawakan dari sudut pandang orang pertama dan ketiga, yang membuat saya lebih memahami sosok seorang Nadira.
Saya merasa bersimpati penuh kepada Nadira, saya merasa ekspektasi kedua orang tuanya kepada Nadira terlalu besar, sehingga mereka tidak melihat kerapuhan Nadira. Ketidakmampuan Nadira dalam mengekspresikan kesedihannya, kemarahannya (terutama kepada Kakaknya Nina), ataupun kemampuannya menahan diri saat dia tahu bahwa calon suami Kakaknya tidak setia, dianggap sebagai kekuatan. Kekuatan yang membuat Nadira tidak tahu cara mengeluarkan isi hatinya, tidak tahu cara menguraikan kesedihan dan kebingungannya.
Buku Leila ini diakhiri dengan akhir yang "terbuka". Semua orang bisa melanjutkan ceritanya sesuai dengan imajinasi masing-masing, apakah Nadira akhirnya mendapatkan kebahagiaannya, atau terus hidup dalam kisah tragis dan kerumitan hubungan yang dia ciptakan.
Seperti buku Leila yang lain, yang terbit setelah buku ini, 9 dari Nadira tidak lepas dari referensi-referensi sejarah seperti Petisi 50, NKK dan BKK yang menjadi momok bagi mahasiswa di era orde baru, OPEC, IGGI dan peristiwa bersejarah lainnya. Buku 9 dari Nadira ini juga memberikan rujukan banyak bacaan klasik terutama karena ibunya dulu kuliah di bidang sastra di Belanda. Membaca buku Leila selalu mengarahkan saya ke sebuah pengetahuan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H