(Disclaimer : Isi artikel murni berdasarkan pengalaman pribadi)
Sebelum pandemi, pasti ada diantara kita yang sedang berkunjung ke mall didatangi Mas atau Mbak berpakaian ungu dan menawarkan untuk mencoba menggunakan sebuah aplikasi dari bank digital.Â
Saking fenomenalnya, bahkan sampai ada iklan yang Mbak berbaju ungu keluar dari rice cooker dan kulkas. Hehe, benar sekali. Jenius.
Awalnya saya sering menghindar jika dihampiri oleh Mas dan Mbak Jenius tersebut. Lama kelamaan, saya akhirnya kepo juga dan mulai membaca-baca social media dan website si Jenius.Â
Berhubung saya waktu itu baru menikah, belajar menata keuangan untuk suami istri yang siap-siap LDM, saya butuh aplikasi yang bisa digunakan oleh dua orang secara bersamaan.Â
Karena memang pilihan terbatas waktu itu, jatuh lah pada Jenius, Â meskipun ada banya keluhan mengenai server yang sering down, dan aplikasi yang lemot haha. Namanya butuh kan, mau gimana lagi.
Bagi yang membutuhkan tips budgeting dapat baca artikel saya di siniÂ
Akhirnya, dengan sukarela saya mendatangi booth Jenius di sebuah bank dan mendaftar. Jujur, saya tidak menyesal sama sekali menggunakan bank digital ini.Â
Saya mengancungi jempol untuk Jenius yang menurut saya menjadi pelopor bank digital dengan aplikasi kantong-kantongnya yang beragam, dan satu rekening bisa menggunakan beberapa kartu berbeda.Â
Selain itu, keuntungan penarikan uag di ATM bank mana saja tanpa terkena biaya juga merupakan salah satu keuntungan yang membuat saya tertarik saat itu. Selain Jenius, akhirnya saya juga membuka rekening di bank digital lain, yaitu DBS karena memiliki fitur investasi.