Serius. Dua kali saya berniat menggunakan BPJS dan dua kali itu pula kartu saya "ga laku".
Yang pertama: Diskriminasi
Pertama kali saya akan menggunakan layanan BPJS adalah saat saya menderita demam selama sekitar 2-3 hari. Setelah penurun demam tidak menunjukkan efeknya, dengan diantar teman saya mendatangi klinik keluarga yang menjadi faskes pertama saya.
Saya ingat betul, waktu itu pukul 06.30 pagi, saya datang pagi-pagi karena Bu Dokter selain praktek mandiri, bekerja sebagai ASN di sebuah RS. Kebetulan praktek beliau merupakan salah satu yang paling laris di kota kecil kami.Â
Saat saya mendaftar di loket penerimaan pasien, staf yang bertugas bertanya "Mbak, peserta BPJS?". Tanpa mikir apa-apa, saya menjawab iya. Kontan si petugas berkata "Mbak, datangnya nanti sore aja ya, yang BPJS belakangan diperiksanya, Â kami cuma nerima beberapa, udah ada beberapa yang ngantri juga.Â
Dengan kaget saya bertanya ,"lah trus, yang diperiksa duluan siapa? Jawabnya ," Yang bayar langsung, Mbak". Langsung saya jawab ," Ga jadi deh, Mbak. Saya sakitnya sekarang, kok diobatinya sore. Kalau masih tahan juga ga bakalan mruput pagi-pagi ke sini".
Nomor pendaftaran saya kembalikan. Saya pergi berobat ke praktek mandiri dokter lain yang kliniknya lebih sederhana tanpa pake loket-loket pendaftaran, dan tanpa ditanyakan saya pengguna BPJS atau bukan.
Yang kedua: Gagal
Kedua kalinya sebenarnya tidak secara langsung saya ingin menggunakan BPJS. Saya mengira mahasiswa S2 memiliki hak yang sama dalam asuransi kesehatan di Student Medical Center. Gigi geraham saya ada yang sudah tinggal akar dan dari dulu saya maju mundur untuk mencabutnya.Â
Saya ketakutan. Ketakutan saya dengan dokter gigi karena pernah saat scalling, gigi depan saya pecah,jadinya tiap mau periksa saya sudah ketakutan duluan. Tetapi, apa boleh buat, makin saya belajar, semakin saya tahu bahwa gigi yang berlubang bisa membawa masalah yang tidak diduga-duga nantinya. Â
Saya mendatangi Student Medical Center tempat saya kuliah yang juga sudah menjadi salah satu faskes pertama bagi pengguna BPJS. Malang bagi saya, KTM yang laku adalah KTM mahasiswa S1. Saya disarankan untuk menggunakan BPJS saja. Tetapi untuk bisa menggunakannya saya harus memindahkan layanan faskes I saya dari kota sebelumnya ke Medical Center ini.Â