Malang, 11 November 2024 -- Perubahan iklim yang semakin signifikan memicu berbagai dampak lingkungan global, seperti kenaikan suhu, peningkatan permukaan air laut, dan cuaca ekstrem. Hal ini berdampak pada keberlanjutan ekosistem pesisir, termasuk mangrove, yang memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida (CO) dari atmosfer dan menyimpannya dalam tanah serta biomassa. Konsep blue carbon mengacu pada karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan rawa-rawa, yang berfungsi sebagai solusi alami dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Departemen Geografi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM) telah melaksanakan kegiatan lapangan bertema "Implementasi Pembelajaran Blue Carbon Berbasis Riset Geospasial di Kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC)" pada tanggal 4 November 2024. Sebanyak 40 mahasiswa S1 Geografi Angkatan 2023 ikut berpartisipasi dalam observasi lapangan ini. Pembelajaran  berfokus pada pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam mengidentifikasi, memetakan, dan mengelola potensi blue carbon di area mangrove yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pentingnya ekosistem pesisir sebagai penyerap karbon alami dan peran SIG dalam mendukung upaya pelestariannya. Dengan pendekatan riset geospasial, mahasiswa akan belajar menganalisis dan mengelola data lingkungan serta mengaplikasikan teknologi SIG dan perangkat pemetaan untuk pemantauan ekosistem secara efektif. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari proyek mata kuliah Sistem Informasi Geografi yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami isu lingkungan global serta kontribusi akademik dalam mitigasi perubahan iklim.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin, 04 November 2024 yang dimulai pukul 09.00 WIB di kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna. Pada tahap awal, mahasiswa telah mendapatkan pemaparan terkait metode riset geospasial yang relevan dalam memetakan cadangan karbon di ekosistem mangrove. Mereka diperkenalkan dengan penggunaan perangkat SIG, seperti GPS, drone, dan citra satelit, serta pengolahan data spasial untuk menganalisis vegetasi mangrove. Selain itu, mahasiswa juga diajarkan teknik pengambilan sampel karbon tanah dan vegetasi mangrove untuk memperdalam pemahaman mengenai siklus karbon di ekosistem pesisir ini.
Setelah mempelajari teori dasar, mahasiswa kemudian melakukan observasi langsung di lapangan dengan fokus pada pengamatan fisik dan ekologis kawasan mangrove. Mereka akan mempelajari karakteristik vegetasi, seperti jenis, ukuran, dan kepadatan vegetasi mangrove, yang berpengaruh pada kapasitas penyimpanan karbon. Observasi ini juga mencakup pemahaman mengenai tanah mangrove yang kaya akan karbon organik. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi potensi dan tantangan dalam pelestarian ekosistem ini sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim.
 Ketua Departemen Geografi UM, Dr. Purwanto, M.Si, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pembelajaran berbasis riset yang diharapkan mampu menghasilkan data yang mendukung program nasional dan global dalam pelestarian ekosistem pesisir. "Mahasiswa akan terjun langsung ke lapangan untuk memahami pentingnya mangrove dalam menyerap karbon, yang merupakan bagian dari solusi perubahan iklim. Selain itu, mereka juga mendapatkan keterampilan praktis dalam teknologi SIG yang akan sangat bermanfaat di masa depan," ujar Dr. Purwanto. Diharapkan melalui program ini, mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang mampu memberikan kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir sekaligus meningkatkan kapasitas akademik mereka dalam pemetaan geospasial untuk mitigasi perubahan iklim.
Sebagai bentuk aplikasi praktis dari pembelajaran geospasial, mahasiswa  melaksanakan penanaman bibit mangrove di area yang membutuhkan pemulihan. Penanaman ini bertujuan untuk memperluas area hutan mangrove sekaligus meningkatkan kapasitas penyimpanan karbon di wilayah tersebut. Mahasiswa akan menggunakan keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk menentukan lokasi penanaman strategis, mengoptimalkan peran mangrove dalam menyerap karbon. Kegiatan ini juga akan mencakup pemantauan pertumbuhan bibit mangrove secara berkala menggunakan teknologi pemetaan untuk memastikan keberhasilan reforestasi.