Mohon tunggu...
corneliuseka
corneliuseka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Edit video

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Peningkatan Keselamatan Berkendara Pasca Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

9 Desember 2024   12:15 Diperbarui: 9 Desember 2024   12:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kecelakaan beruntun yang terjadi di Tol Cipularang pada hari Senin, 11 November 2024 yang lalu kembali mencoreng catatan keselamatan lalu lintas di Indonesia. Insiden ini disebabkan sebuah truk yang menabrak kendaraan yang terjebak dalam kemacetan didepan truk tersebut karena kelalaian sopir dalam berkendara. Insiden ini menewaskan beberapa korban jiwa dan luka-luka. Hal ini mencerminkan kegagalan sistemik dalam memastikan keselamatan di Tol. Berdasarkan insiden ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk memperbaiki infrastruktur, memperketat regulasi dan meningkatkan kesadaran berkendara. Sebab, jika tanpa tindakan nyata, maka tragedi ini akan kembali terulang.

Tol Cipularang memiliki karakteristik jalan yang sulit seperti, tikungan tajam, turunan panjang serta sering dilanda cuaca ekstrem. Berdasarkan karakteristik jalannya, maka Tol Cipularang seharusnya memiliki infrastruktur keselamatan yang memadai. Namun kenyataannya masih jauh dari memadai seperti, minimnya rambu-rambu peringatan spesifik untuk kendaraan berat, contohnya “peringatan jarak pengereman.” Selain itu, jalur evakuasi darurat belum tersedia secara optimal sehingga dapat meningkatkan risiko kecelakaan akibat kegagalan rem atau kelalaian pengemudi. Oleh sebab itu, jalur evakuasi darurat di Tol Cipularang harus ditingkatkan seperti Tol Semarang bahkan lebih baik jika sanggup melampauinya.

Selain peningkatan pada infrastruktur keselamatannya, pengawasan terhadap kendaraan berat juga merupakan faktor penting. Data kecelakaan menunjukkan bahwa truk dan bus sering menjadi pemicu utama kecelakaan beruntun khusunya di jalan dengan medan yang sulit. Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh rem yang tidak berfungsi atau muatan berlebih. Salah satu kekurangan dari sikap rakyat Indonesia adalah menggunakan cara yang paling efektif namun menyepelekan faktor keselamatannya. Sangat sering dijumpai truk membawa muatan yang melebihi kapasitasnya dan hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan yang buruk. Selain itu, sering dijumpai kendaraan berat yang sudah tidak layak pakai namun tetap dipaksakan untuk dioperasikan. Oleh sebab itu, pemerintah dan pengelola tol seharusnya lebih tegas dalam memantau kelayakan kendaraan, baik melalui inspeksi rutin maupun pemeriksaan di pintu masuk tol. Dinyatakan layak atau tidaknya kendaraan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, usia pakai, kesehatan kendaraan, emisi yang dikeluarkan dan lain sebagainya. Sistem tilang otomatis perlu diterapkan untuk menindak pelanggaran muatan dan kecepatan.

Faktor manusia tidak dapat diabaikan sebab jika infrastruktur sudah memadai dan pihak yang berwenang telah melaksanakan tanggungjawabnya. Namun, jika sumber daya manusia yakni pengemudinya tidak diberikan edukasi maka semuanya menjadi sia-sia. Edukasi keselamatan berkendara sangat penting sebab banyak pengemudi yang kurang memahami dan menyepelekan risiko berkendara di jalur dengan karakteristik seperti di Tol Cipularang. Sosialisasi yang masif tentang teknik berkendara yang aman terutama bagi pengemudi kendaraan berat harus menjadi prioritas. Contoh sederhananya seperti pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Didalam proses pengujian SIM, materi yang diujikan seharusnya memiliki korelasi yang sesuai di lapangan, Hal ini bertujuan agar ketika dihadapkan dengan permasalahan, maka pengemudi dapat mengambil tindakan yang tepat. Selain itu, perusahaan transportasi memiliki tanggungjawab moral untuk memastikan bahwa sopir mereka memiliki pelatihan yang memadai dan waktu istirahat yang cukup.


Insiden kecelakaan di Tol Cipularang menuntut perhatian serius dari berbagai pihak. Pemerintah, pengelola jalan tol, dan masyarakat harus berkolaborasi dalam meningkatkan infrastruktur keselamatan, regulasi kendaraan, dan edukasi dalam berkendara. Dengan melakukan langkah konkret ini, kita tidak hanya menekan angka kecelakaan namun juga menghormati hak setiap pengguna jalan untuk merasa aman saat berkendara. Jika insiden seperti ini kembali terulang terus menerus maka bukan hanya merugikan masyarakat namun merusak nama baik Indonesia di mata dunia dari aspek keamanan dan keselamatan dalam berkendara 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun