Kita berada di satu semesta,
namun nyatanya berbeda asmara.
Kata-katamu sudah terpotong makna.
Janjimupun sudah tersembelih dusta
ketika kau memutuskan untuk alpa,
untuk mencari kehidupan lampaumu yang aku sita.
Maafkan Ibu, kau berkata.
Aku hanya gadis yang ingin mencari makna.
Aku akan kembali setelah menuntaskan cita-cita.
Di dalam keranjang bambu, kau meninggalkanku di depan gapura,
ketika ayam jantan pun belum membuka mata.
Semenjak itu sudah terlewati satu dasawarsa,
di sini aku mengetuk kaca jendela,
mengantungi uang logam hasil meminta-minta,
masih bergerilya mencari cinta.
Berharap pencampakanmu dulu tidaklah nyata.
Percaya bahwa kepergianmu karena aku yang berdosa.
Akan kutunggu sebuah dunia,
dimana cintamu akhirnya berirama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H