Mohon tunggu...
Humaniora

Berorientasi Uang, Negeri Kami Krisis Integritas, Bagaimana Pemuda?

6 September 2015   13:34 Diperbarui: 6 September 2015   17:10 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Uang merupakan alat tukar atau yang lebih dikenal dengan alat satuan bayar, uang diasumsikan sebagai sumber daya dan manusia yang merupakan pencipta dan pengguna dari uang itu sendiri pada dasarnya terlahir dengan memiliki keinginan dan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup.

Saat ini jumlah manusia di indonesia semakin meningkat setiap tahunnya dan telah mencapai sekitar 230 juta penduduk berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2010. Uang yang merupakan sebuah sumber daya dan memiliki sifat yang jumlahnya terbatas dalam perekonomian, walaupun kenyataannya uang sendiri dapat diperbanyak sesuai keinginan manusia namun karena sudah diatur dalam perekonomian dunia bila jumlah uang yang beredar terlalu berlebih di masyarakat maka akan berpengaruh pada nilai barang, mengakibatkan inflasi, dan mengganggu aktifitas ekonomi di suatu negara.

Karena uang jumlahnya terbatas di masyarakat maka pada akhirnya banyak orang melakukan berbagai cara yang tidak baik untuk mendapatkan uang, seperti tindakan pencurian, penipuan, bahkan korupsi, lihat saja pemimpin / para pejabat tanah air yang seharusnya menjadi contoh / panutan bagi masyarakatnya justru berbanding terbalik dengan ekspektasi masyarakat saat ini, sehingga banyak yang warga yang memutarkan pandangannya dan memilih untuk meniru gaya para pemimpin sehingga menjadikan tindakan tersebut menjadi sebuah budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Ada pepatah yang mengatakan ‘demi uang orang rela melakukan apapun’ terbukti di kalangan pejabat tidak sedikit yang kehilangan integritasnya demi uang, ada sebuah riset yang menunjukan hubungan antara kebiasaan yang dilakukan pada masa sekolah seseorang dengan tindakan yang terjadi di pekerjaan, jadi bila ada sebuah pejabat yang melakukan tindakan korupsi itu sama halnya yang dia lakukan ketika dia masih mengenyam bangku pendidikan, ada kemungkinan pejabat tersebut terlahir dari keluarga yang berada sehingga hidupnya selalu dikelilingi harta dan terbiasa hidup nikmat tetapi karena takut hidup susah maka saat menjadi pejabat rela kehilangan nama baik demi uang atau bahkan pejabat tersebut tidak dapat menahan diri ketika melihat kesempatan untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cara yang tidak baik tanpa harus memikirkan oranglain dengan kata lain yang penting diri sendiri senang hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan berbuat curang saat muda dan tingginya sifat egois dalam diri.

Tidak jauh berbeda dikalangan masyarakat, banyak orang / wanita rela kehilangan sebuah kehormatannya hanya demi uang dan kepuasan sesaat atau bahkan beberapa orang dengan tega mengambil nyawa seseorang demi merebut harta orang tersebut, dijaman globalisasi ini semua hampir dinilai dengan uang sehingga banyak yang kehilangan integritas mereka.

Lalu apakah yang akan terjadi dengan negeri kami? Siapakah yang harus menjadi contoh dan siapakah yang harus kami percayai? Dan dari peristiwa yang terjadi di negeri ini apakah yang harus dilakukan oleh bangsa ini? Apakah kaum muda yang memiliki intelektualitas dan integritas hanya berdiam diri dan menyaksikan semua terjadi? Atau mahasiswa hanya bersembunyi dalam sebuah teori? Atau melanjutkan jejak yang salah?

Program revolusi mental yang telah dicanangkan oleh presiden sudah sangatlah baik, sebagai perwakilan kaum muda dan kelompok yang memiliki intelektualitas dan integritas sudah saatnya ikut berkontribusi untuk negara dan memperbaiki kesalahan masalalu.

MARI BANGKIT BERSAMA MEMBANGUN BANGSA, MENENGGELAMKAN BUDAYA YANG SALAH DAN MENJUNJUNG TINGGI INTEGRITAS..

 

soft-skill FEB UAJ 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun