Mohon tunggu...
Arif Nofiyanto
Arif Nofiyanto Mohon Tunggu... -

Penasaran dan antusias tentang banyak hal terutama Teknik Sipil, Liverpool, Catur dan Uang.\r\n\r\nPunya beberapa blog pribadi, tapi nyaris ga keurus, berserakan dibanyak tempat tergantung mood. Salam!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Gawat

24 Maret 2014   05:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Menurut artikata.com, Gawat memiliki banyak arti. Pertama, genting dan berbahaya. Kedua, kritis dan mengkhawatirkan. Ketiga, sulit dan terancam.

Ketiga arti tersebut dapat mempunyai dampak yang mirip yakni panik. Tak heran, panik menjadi identik dengan gawat atau sebaliknya gawat itu panik.

Di Bali, ada kebiasaan orang-orang tertentu pada namanya disematkan kata "gawat" ini jika orang tersebut mudah panik, mudah menganggap satu keadaan sebagai situasi panik juga orang-orang yang secara langsung atau tidak terbiasa bersikap dalam definisi-definisi kata diatas.

Jadi misalnya nama kamu Agung atau Johny, karena mudah panik bisa saja panggilanmu berubah menjadi "Gung Gawat" atau "John Gawat". Tentu saja, panggilan-panggilan itu biasanya hanya disematkan pada mereka yang sudah "sangat-sangat gawat". Pun yang menyematkan biasanya bukan orang jauh jauh melainkan orang-orang yang ada disekeliling si gawat itu. Teman sepermainan atau teman se-kampus tapi tidak mungkin teman se-bali, karena jumlahnya terlalu banyak.

Belakangan, terutama menjelang pemilihan umum baik itu legislatif maupun presiden, banyak orang terlihat panik. Sebelumnya, kepanikan mereka itu banyak dipicu wacana-wacana yang tak pasti. Setelah Jokowi resmi di-capres-kan oleh Megawati, kepanikan mereka bertambah-tambah. Bedanya, kini oleh wacana yang pasti.

Menyambung pada paragraf tiga dan empat diatas, boleh kah nama-nama mereka yang panik itu disematkan kata "gawat" dibelakangnya? Boleh-boleh saja kalau mau. Setidaknya kalau mau mentertawakan mereka atau sekadar mengolok-olok ringan saja. Jangan terlalu serius. Jangan gawat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun