Mohon tunggu...
Erman Adia Kusumah
Erman Adia Kusumah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Drama Politik Grogoti Pendidikan Indonesia

30 Juli 2016   01:09 Diperbarui: 30 Juli 2016   01:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendidikan merupakan akar atau pondasi kekuatan sebuah negara yang kuat, dinamis dalam persaingan global kekinian, bahkan pendidikan sendiri menjadi menjadi faktor paling utama dalam menentukan arah bangsa dalam menciptakan Insan akademis, pecipta dan pengabdi bagi suatu bangsa dan negara sejak dahulu kala, sebut saja jepang ketika saat mengalami perang dunia, pemerintahan saat itu mengutamakan dua unsur profesi yang dianggap sebagai pondasi kekuatan bangsa dan negara yaitu Guru dan Dokter.

Ketika perang meletus dan jepang luluh lantah oleh musuh kekaisaran jepang yang pertama kali di tanyakan berapa guru dan dokter yang tersisa, karena kekasairan jepang sadar bahwa harus ada seorang guru yang kelak nanti akan mengahasilkan seorang insan yang berkualitas untuk membangun negeri para samurai itu.

Memang betapa besar peran seorang guru dalam hal membangun pondasi negeri melalui sebuah pendidikan, namun sejarah pendidikan dan nasib guru di Indonesia memang cukup sangat miris, bagaimana tidak sejak dahulu ketika bangsa dan negara menyatakan kemerdekaannya pendidikan dan nasib para pendidik belum mengalami perubahan yang signifikan bahkan cenderung carut marut, sejarah pendidikan dan para pendidik di negara sejuta pulau ini sangat memperhatikan, dari segi pendidikan di negeri ini selalu saja dicampur adukan dengan kondisi perpolitikan banyak pelajaran-pelajaran sejarah dipelintir untuk memuaskan hasrat dan eksistensi para penguasa orba.

Dewasa ini pendidikan pun tak kalah mengalami carut-marut yang sangat memprihatikan karena sebuah kondisi perpolitikan bangsa yang notabenenya sudah hancur sejak zaman setelah kemerdekaan, bagaimana tidak perpolitikan kini telah menggegroti secara "pondasi" ini hal terlihat dengan budaya yang mengakar di para petinggi negara yaitu ganti pemimpin ganti kebijakan.

Kita masih ingat bagaimana seorang M. Nuh mendikbud masa SBY melakukan teroboson baru dalam sistem kurikulum 2013, sistem baru setelah masa kurikulum KTSP namun sistem baru itu hanya bertahan sebentar setelah presiden baru Joko Widodo terpilih tahun 2014 dan mengangkat Anies Baswedan yang notabetennya salah satu rektor termuda Indonesia, ia pun mengintruksikan bahwa semua sekolah harus kembali ke KTSP karena kurikulum 2013 akan di revisi dan setelah siap akan di berlakukan kembali.

Janji itu pun ditepati mantan Rektor Paramadina ini dengan memberlakukan kembali denga sebutan kurikulum 2013 revisi, memang ketika Anies menjadi kemendikbud banyak perubahan yang dia hasil seperti melarang Masa Orientasi Sekolah yang dianggao mengandung unsur bullying atau perkelocoan, ia pun menghapus UN sebagai pintu penentuan kelulusan karena dianggap tak relevan hasil beberapa tahun siswa belajar hanya ditentukan beberapa hari saja.

Budaya kolot pun sepertinya masih akan berlaku di bumi nusantara ini, belum lama anies memberlakukan kurikulum 2013 ini lagi-lagi pendidikan akan digrogoti lagi ditandai dengan reshufle jilid 2 kabinet kerja yang menyingkirkan Anies dari kursi mendikbud yang belum lama ian singgahi dan ini sebagai tanda kurikulum yang berlaku ini akan mengalami perubahan, sang penggati Muhadjir Effendy yang merupakan mantan Rektor UMM ini sudah mengisratkan akan merubah kurikulum hal ini terlihat dari pernyataannya di media antaranews.com bahwa perubahan dalam kurikulum itu wajar terjadi untuk menemukan ramuan yang pas untuk pendidikan di indonesia.

Namun sepertinya bukan hanya mengenai perubahan untuk perubahan saja, namun ini mengenai sistem yang akhirnya carut-marut, bagaimana tidak, jika setiap tahun atau setiap ganti menteri kurikulum diganti dengan dalih perbaikan tanpa melihat "kebawah" dalam hal ini siswa yang akan menjalani sisten baru ini bahkan mungkin bukan baru tapi sistem percobaan, siswa akan dibuat pusing dengan pergantian kurikulum yang dianggap para penguasa sebagai bentuk perbaikan namun tanpa melihat efek yang akab ditimbulkan di "bawah" siswa seperti "tikus" percobaan dalan kebijakan baru medikbud dalam ranah pendidikan.

Miris sekali rasanya jika memang budaya kolot ini dilakukan oleh sang menteri ini, saya pikir harus pemikiran matang dari Menteri Muhadjir jika harus mengganti sistem kurikulum yang baru saja berlaku, ia harus memikir tinjauan- tinjauan baru berbagai aspek dilapangan bukan hanya mengedepakan perubahan tanpa pemikiran yang mendalam, tak ada salah saya pikir bahwa kurikulum yang ditingggalkan Anies Baswedan ini tetap dilanjutkan beberapa tahun mendatang untuk melihat hasilnya dan baru mengevaluasi, evaluasi ini bukan berarti harus satu tahun sekali namun perlima tahun karena proses demi proses harus di lihat apa bagus atau harus mengalami revisi tanpa merubah secara membabi buta. Selain itu pendidikan indonesia sedang mengalami intervensi Turki negeri yang sedang mengalami guncangan politik pasca gagalnya kudeta militer terhadap presidem Erdogan, Erdogan yang menuding sang lawan politik Fethulleh Gulen sebagai otak dibalik kudeta gagal tersebut, Erdogan  dengan lantang terus melakukan usahanya dalam mengekstradiai Gulen dari Amerika, selain itu juga Erdogan secara mebabi buta menghabisi gulen sampai ke akar, Gullen yang merupakan tokoh cendikiawan islam turki ini memang terkenal mempunuyai pengikut loyalnya yanf disebut Gullenist yang terdiri dari berbagai profesi tapi lebih dominan mereka berasal dari kaun intelektual turki tak heran memang gullen banyak mendirikan sekolah-sekolah diberbagai negara tak terkecuali dengan Indonesia ada sekitar 9 sekolah yang dianggap berkaitan erat dengan gullen, hal ini pun membuat pemerintah turki meminta pemerintah Indonesia menutup semua sekolah guĺlen di indonesia, ini merupakan kejadian yang sangat miris ketika drama politik dari dalam dan luar negeri menggrogoti pendidikan bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun