Mohon tunggu...
Erman Adia Kusumah
Erman Adia Kusumah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Palu-Arit, Penyakit Phobia Kekinian

13 Mei 2016   18:46 Diperbarui: 14 Mei 2016   02:13 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara ini merupakan negara yang mempunyai keberagaman yang sangat kental, baik itu dari segi bahasa, budaya, etnis bahkan dalam segi pemikiran sekali pun, Ideologi pancasila sendiri menjadi pemersatu bagi masyarakat Indonesia, sistem gotong royong menjadi ciri khas bangsa ini. Indonesia sendiri menjadi satu negara yang menjalankan sistem demokrasi dengan baik dalam segi politik.

Indonesia melakukan pemilu pertamanya pada tahun 1955 yang pada saat itu di ikuti oleh sekitar 10 partai, yang akhirnya menempatkan Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno menjadi pemenang pemilu, disusul oleh Partai Masyumi, PNU dan Partai Komunis Indonesia (PKI) empat partai dengan 3 ideologi berbeda ini yang mempunyai pengaruh di masyarakat, PNI sendiri merupakan partai dengan garis Nasionalisme, Masyumi dan PNU dengan garis Islam serta PKI dengan garis Komunis. Hal ini pun memberikan inspirasi Soekarno untuk membentuk pemahaman politik yaitu NASAKOM.

PKI menjadi partai yang sangat diperhitungkan melalui tangan dingin seorang DN. Aidit yang mampu membangun kekuatan politik PKI sehingga mampu mendekat pada kekuasaan, saat Soekarno melakukan gerakan politik Non Blok pemerintahan Indonesia pun goyah, krisi ekonomi pun terus menghantui pemerintahan yang baru berjalan beberapa tahun itu semenjak pemilu pertama, Aidit pun memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan pedekatan pada Soekarno yang saat itu membutuhkan bantuan untuk mengatasi permasalahannya.

Aidit yang saat itu dekat dengan pemerintahan RRC menjadi penyambung terjalin kerjasamanya dengan Indonesia yang dikenal dengan Poros Jakarta-Peking, hal ini pun membuat Aidit semakin dekat dengan Soekarno dan mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakannya pada saat itu, Adit pun terus melakukan gerakan politiknya agar PKI mampu menjadi partai penguasa.

Aidit dan PKI memang sudah sangat dekat pada puncak kekuasaan dan hanya tinggal menunggu waktu PKI berkuasa di negeri ini, kekuatan PKI memang tak dapat di remehkan, semenjak Aidit mengambil alih menjadi ketua umum pada tahun 1950 dan mampu membangun kekuatan di berbagai lini seperti diranah buruh PKI membentuk Solidaritas Buruh Seluruh Indonesia (Sobsi), Gerakan Wanita Indonesia (Gewani), ditingkat mahasiswa ada Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI).

Namun sayang langkah yang sedikit lagi menguasai negara ini di cerderai oleh kegegabahan Aidit, politik pada saat itu diterpa adanya isu kudeta terhadap Soekarno oleh 7 jenderal, mendengar kabar tersebut Adit pun melakukan gerakan politik arogan dengan menculik dan membunuh 6 jenderal TNI, saat itu AH Nasution berhasil kabur namun ajudan dan anaknya tewas dalam penculikan oleh Aidit tersebut. setelah kejadian gerakan politik itu, banyak masyarakat yang mengecam aksi tersebut dan akhirnya TNI pun harus turun untuk melakukan pembasmian terhadap PKI yang dianggap menjadi pemberontakan.

TNI yang dipimpin Soeharto pun mulai melakukan penangkapan dan mengeksekusi mati para petinggi partai selain itu tak sampai disitu, pemerintah pun melakukan pembataian masal terhadap puluhan ribu simpatisan PKI yang tak tahu apa-apa, meraka merupakan simpatisan seperti simpatisan partai pada umumnya, hal ini merupakan tragedi pelanggaran HAM berat dan menjadi borok pemerintahan, anak-anak dan wanita pun menjadi korban pembataian hal ini memang sangat memilukan sekaligus memalukan.

Setelah pemerintahan menganggap sudah mampu membantai PKI sampai ke akarnya. Tahun 1967 Tap MPRS pun diterbitkan yaitu PKI sebagai partai terlarang, pemerintahan yang menggantikan Soekarno yang pada saat itu akhirnya dikudeta secara halus. Rezim baru pun muncul dengan terus melakukan propaganda terhadap PKI yang dianggao salah atas gerakan politik masa lalu, di zaman Rezim Soeharto masyarakat digiring pemahamannya untuk membenci PKI dengan tanpa alasan yang kuat masyarakat selalu ditakut-takuti oleh ketakutan yang sebenarnya abstrak.

Dewasa ini Phobia terhadap Partai yang berlambang Palu-Arit ini masih terasa kental ditengah-tengah masayakat. Bahkan segala sesuatu yang bergambar Palu-Arit dituding sebagai orang komunis, dalam suatu video yang menyebar via Whatsapp yang memperlihatkan segerombolan orang memberhentikan seorang pemuda yang memakai motor dan langsung memaki dan memukul-mukul karena ia memakai pin bergambar Palu-Arit.

Pemuda tersebut pun diancam akan dibunuh jika tetap memakai pin itu, lalu pelarangann pemutaran Film dokumenter Senyap yang dianggap sebagai bentuj propaganda kebangkitan komunisme, bahkan di suatu daerah yang memutar Film tersebut langsung dibubarkan paksa oleh TNI, yang lucu adalah penangkapan seorang pedagang yang menjual kaos bergambar Palu-Arit yang padahal gambar tersebut lambang Band Metal. 

Apapun yang berbau komunis baik itu tulisan maupun lambang akan dituduh sebagai orang komunis, pemikiran yang objektif nampaknya perlu dalam mengkaji tentang komunisme, karena belakangan ini banyak orang hanya berfikiran subjektif dan menelan doktrin mentah Orde Baru.

Phobia akut Palu-Arit ini seperti sudah mematikan akal dan nalar sebagian besar masyarakat kita, masyarakat dan pemerintah phobia Palu-Arit dengan tak masuk akal, mereka hanya phobia karena doktrin propaganda masa lalu tanpa memahami mengenai apa yang mereka benci, mereka hanya membebek, mereka hanya dicocok hidungnya dan mereka dibodohi oleh sejarah.

Saya seorang muslim yang mempunya pemikiran keislaman, saya pelajari Komunis tapi saya bukan orang Komunis, saya juga pelajari Kristen,Katholik dan semua aliran kepercayaan tapi saya tetap seorang Muslim, saya pelajari Liberalisme, Fasisme,Leninisme tapi bukan berati saya kesemuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun