Yogyakarta, mendengar namanya seakan hati merindukan momen pertama kali menginjakkan kaki di sana. Dulu, modal nekat berangkat dari Sumatera ke Yogyakarta seorang diri menaiki bus dengan cara 'ngeteng'. Karena, kata saudara yang kala itu menjadi tempat bertanya; "supaya lebih hemat mending ngeteng naik bus."Â Sebab pada saat itu memang minim informasi dan 'kebelet' pingin tahu Yogyakarta seperti apa - pas juga dengan momen pada saat itu, jadinya langsung gas aja.
Rupanya salah, karena saat itu perdana melakukan perjalanan jauh sampai luar pulau juga. Alhasil, sekali salah turun - kebawa sama bus sampai terminal yang jalurnya berbeda. Dan, itu cukup menguras dompet, karena harus keluar dana tak terduga yang lumayan besar. Seandainya, memilih naik bus langsung, mungkin tidak akan seperti ini.
Inilah mengapa aku enggan kalau bepergian jauh naik bus ngeteng, mending yang langsung saja. Lagi pula harganya nggak seberapa jauh berbeda, dan tentunya lebih aman dan nyaman kalau langsung. Belum lagi kalau bawaannya banyak, bakal makin repot.
Senang sekali rasanya bisa kembali ke Yogya, Kota Pelajar yang menjadi salah satu impian teman-teman ku, dan menjadi perbincangan banyak orang juga. Jika dulu ke sini sendirian, sekarang sama rombongan - langsung di bawa ke pantainya pula. Dulu, waktu sekolah SMA cuma bisa dengar cerita teman di kelas, jika sewaktu liburan dia dan keluarga menghabiskan waktu di Paris. Ku kira Paris itu Perancis, rupanya Parangtritis. Kami pun terbahak-bahak usai mendengar bualan temanku saat membuka cerita.
Sebenarnya, pantai Parangtritis ini tidak termasuk destinasi wisata yang akan di kunjungi, hanya saja pada hari pertama keberangkatan bus yang membawa rombongan sempat mandek beberapa jam di kawasan Jawa Barat, sehingga dua lokasi terlewati. Pihak biro wisata bilang, dua lokasi tersebut bisa disinggahi saat jalan pulang. Biar kita nggak ngambek, jadi dikasih lah tambahan wisata gratis dari mereka. Katanya sudah kadung di Yogya, ya sekalian nyoba pantainya.
    Baca juga : Bakso, Kita, dan Kenangan
Sekitar jam 5 pagi kita sudah berada di Parangtritis, setelah bersih diri dan sarapan, kita ziarah dulu ke Makam Syekh Bela-Belu di atas bukit. Lumayan buat olahraga pagi sembari menikmati segarnya udara dari atas sana. Dan, ternyata dari atas pemandangannya tidak kalah menarik - selain asri dan hijau, di sana pula kita bisa melihat indahnya pantai Parangtritis.Â
Usai bertawasul (kirim Fatihah), tahlil, dan baca yasin bareng, kita melanjutkan perjalanan menuju pantai. Sekitar jam 9 rombongan memasuki area pantai, masih cukup pagi, namun pengunjung sudah lumayan ramai berdatangan. Matahari pun mulai menunjukkan kehangatan untuk menemani siapa saja yang hendak berjemur.Â
Untuk tiket masuknya perorang dikenakan biaya Rp.15.000 dan untuk yang rombongan itu kisaran Rp. 300.000 untuk 50 orang. Harga ini tidak termasuk tiket wahana bermain, gazebo, toilet, dan sebagainya.
Tarif parkir di sini juga tergolong murah, sama seperti pada umumnya. Motor dikenakan dua ribu rupiah dan untuk mobil itu lima ribu. Kalau sekarang mungkin ada penambahan atau naik dikit, teman-teman bisa searching untuk pengetahuan lebih lanjutnya. Di sini juga tersedia penginapan lho, jadi buat yang dari jauh bisa nih menginap supaya nggak kecapean.Â