Bagi saya film ini sangat berani membongkar kemunafikan oknum yang kerap mengatasnamakan agama terhadap apa yang mereka perbuat. Selain itu, film dengan durasi 115 menit ini mengkritik masyarakat yang sering mengkultuskan tokoh yang dianggap 'suci' dan menutup mata atas segala tindakan buruk yang dilakukannya. Padahal, manusia tidak ada yang sempurna.Â
Filmnya sangat keren, hanya saja laju perolehan penonton lambat. Mungkin, karena judulnya membuat orang merasa enggan untuk menonton. Mayoritas kita melihat judul terlebih dahulu dan langsung menjudge. Padahal gol filmnya belum tentu seperti perkiraan dari judul. Seandainya mereka melihat secara keseluruhan film, akan ada banyak pesan yang bisa dipetik dan berarti dalam hidup.
Seandainya film ini dibuat dengan judul sama sebagaimana buku. Nggak kebayang akan se-kontroversi apa! Kemungkinan besar akan sulit, bahkan mungkin nggak bakal tayang. Mungkin akan ada banyak orang yang demi, ya secara kan mayoritas masyarakat kita hanya melihat judul, langsung menjudge. Belum lagi penggambaran Islam yang radikal dan disandingkan dengan dunia malam dan pelacuran yang berpotensi menimbulkan perdebatan.
Kendati topik yang diangkat cukup berat, di balik film yang mengusung alur maju-mundur (campuran) ini ada banyak pesan yang disampaikan oleh Mas Hanung melalui karakter Kiran - dengan berani dan lantang menyuarakan hal yang terjadi di negeri ini secara gamblang, seperti; orang-orang yang overdosis agama, politisi dari partai Islam, pejabat, hingga pemuka agama yang munafik dan berlindung di bawah payung Islam, serta orang-orang yang dibutakan oleh agama karena merasa agama lebih besar dari pada kebenaran.
Baca juga:Â Air Mata di Ujung Sajadah: Bukti Ketulusan Cinta Seorang IbuÂ
Poin pentingnya, setiap kita harus tetap waspada dan hati-hati terhadap siapa saja, karena banyak orang yang mengaku 'beragama' tetapi perilakunya jauh dari kebenaran agama itu sendiri. Dalam memilih kajian pun kita harus selektif, karena banyak pula kejahatan-kejahatan yang dibalut dengan kemasan agamis. Sudah banyak kasus yang terjadi, akhir-akhir ini kita dipertontonkan oleh berita demikian. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berlindung di bawah naungan agama, kebejatan para politisi dari partai Islam, pejabat, hingga pemuka agama yang memanfaatkan kuasanya atas dasar agama itu sendiri. Mereka korupsi, membuat kebijakan-kebijakan yang menindas kaum lemah, bahkan memupuk kekayaan pribadi.Â
Kelak, anak-anak  yang ingin belajar agama dengan tulus, tidak lagi dihantui perasaan was-was dari para munafik bertopeng agama. Tidak ada lagi Kiran-Kiran yang lain sebagai korban pelecehan seksual orang-orang bejat di balik topeng agama dan tidak ada lagi pejabat, politisi, pemuka agama, maupun lainnya yang memanfaatkan kekuasaannya dengan mengatasnamakan agama dan berlindung di bawah dasar Islam untuk 'mencari aman'.
"Agama tidak pernah mengajarkan kejahatan, meski banyak orang melakukan kejahatan atas nama agama."Â ~ Hanung Bramantyo ~
Artikel menarik lainnya untuk kamu baca!
    • Dari Pulih Kita Diingatkan Bahwa Tidak Ada Trauma yang Abadi
    • Agar Haji dan Umrah Tidak Hanya Menshalehkan Secara RitualÂ