Pesta pilipres telah usai. Hiruk pikuk disana-sini. Perang kata pun bertebaran dimana-mana. Usai pencoblosan berlanjut gugatan. Demo-demo mewarnai jalannya persidangan hingga akhirnya kemarin diputuskan siapa yang menang.
Selama masa-masa pilpres, banyak moment-moment lucu, menjengkelkan, dan bikin panas hati dan kepala. Lalu datang Ramadhan dan Idul Fitri, sebagai masa tenang untuk menjaga diri dan silaturahmi, setelahnya dilanjutkan lagi dan kemarin akhirnya dicapai sebuah keputusan yang melegakan juga mengecewakan.
Saya salut kepada Pak Prabowo. Cita-citanya begitu besar buat bangsa Indonesia, akan tetapi jalan yang beliau tempuh tidaklah semulus pahanya Maria Ozawa, tidaklah seelok puisi cintanya Kahlil Gibran, dan juga tak selicin kulit pisang yang tadi pagi hamper saja membuatku jatuh terpleset. Keputusan sidang kemarin, bukanlah sebuah akhir dari perjuangan, melainkan sebuah pelajaran dan pengalaman untuk perjuangan selanjutnya.
Mari ambil sisi positifnya dari hiruk piku capres yang satu ini. Pak prabowo adalah manusia yang tidak mudah putus asa, berkali-kali mengalami kegagalan, tetapi tidak menjadikannya jera. Justru semakin membuatnya tertantang. Mungkin ini yang tersirat dari ucapan A. Dani dulu, kenapa laki-laki harus memilih Prabowo. Bisajadi artinya, laki-laki itu harus memiliki karakter seperti beliau.
Sebuah kekalahan, bukanlah hal yang memalukan, dan bukan pula hal yang nista. Bahkan, kekalahan akan menjadi mulia manalaka diterima dengan lapang dada dan untuk kedepannya akan lebih mulia lagi kalau saja Pak Prabowo ikut mengontrol dan mengawasi jalannya pemerintahan, juga membantu mewujudkan visi misi yang telah direncanakan, serta ikut mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai cita-citanya. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H