Mohon tunggu...
Kholik
Kholik Mohon Tunggu... Desainer - Orang Kampung yang pengin bisa nulis

main-mainlah kemari http://dimazdewantara.blogspot.co.id/2016/09/blog-post_6.html

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Lebih Memilih Keluarga

26 Februari 2014   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Sebuah warung kopi, tempat biasa nongkrong berbagai orang dari berbagai macam profesi, Nampak duduk Kardiman seorang diri. Kardiman sedang tidak menunggu siapa-siapa. Dia juga sedang tidak menghabiskan uangnya untuk berlama-lama di warung kopi dan menyantap berbagai makanan yang ada. Ini tanggal tua dan semua orang tau kalau karyawan macam Kardiman pastilah sedang tidak banyak uang. Segelas kopi yang sudah dipesannya sejak dari tadi belumlah diliriknya, sementara rokok ditangan dibiarkan habis dengan sendirinya. Sepertinya Kardiman sedang dililiti masalah berat. Sebentar kemudian muncul Karyono, teman kardiman yang profesinya berbeda dengan Kardiman. Dia itu tukang becak yang kalau dihitung-hitung pendapatan perbulannya mungkin di bawah Kardiman.

“Hei ..man, kok meamaun saja, ..tuh kopinya udah dihinggapi lalat!” Kata Karyono tiba-tiba, kardiman sedikit kaget tapi senang ada temandatang.

“Kamu kok nggak kerja man?” Tanya Karyono sembari memesan kopi

“Aku sudah keluar Yon!!” Sahut kardiman lesu, mendengar jawaban temannya karyono mengernyitkan dahi.

“Lho, ..kok bisa begitu ??” Tanya karyono heran

“Aku sudaha tidak betah.. aku sudah tidak tahan!!” Kardiman yang sedari tadi Nampak lesu kini berapi-api geram.

“Iya ..kenapa, apa masalahanya?” Tanya Karyono lagi

“Begini Yon, misalkan kamu bekerja di sebuah kantor yang tidak membolehkan karyawanaya ijin karena ada keperluan keluarga, misalkan anakmu sakit atau keluargamu sakit, .. apa yang kamu buat?”Timpal Kardiman

“Aku kan tukang becak, bukan kantoran”

“Maksudku ini misalnya!!!”

Karyono mikir-mikir. Selama ini dia belum pernah bekerja untuk orang lain, maka buntulah dia.

“Aku tidak tahu” Tukas Karyono

“Begini gampangnya No, .. Kamu lebih memilih pekerjaan apa keluarga?” Tanya kardiman sembari melolos rokoknya dan membakarnya.

“Maksudnya bagaimana ini?” Tanya karyono masih belum tahu juga maksud Kardiman

“Misalkan ..kamu sedang narik becak, terus ditengah jalan tiba-tiba istri kamu nelpon kalau anakmu sakit keras ..nah apa yang akan kamu lakukan Yon?”

“Ya ..aku akan langsung pulang!!”

“Terus bagaimana dengan penumpangnya ?”

“Aku turunin ditengah jalan, terus aku suruh dia naik becak lain .. kan gampang” Tukas Karyono enteng, Kardiman pun berasa lega.

“Itulah keadaanku yang sekarang Yon, … ternyata kita sama, Aku lebih memilih keluarga ketimbang pekerjaanku Yon, Masalah pekerjaan bisa aku cari lagi, … Entahlah apapun pekerjaannya selama itu masih halal dan bisa buat menghidupi keluargaku.. akan kulakukan”

“Kalau begitu .. kamu narik becak saja, ..nanti aku omongin sama juraganku untuk menyewakan becaknya, … gimana Man? Ah, .pasti kamu malu, ya?”

“Ah, ..kenapa harus malu, Yon …memangnya ada yang salah dengan tukang becak?”

“Kalau begitu ..sekarang kita ke juraganku ..yuk” Tukas Karyono sambl menggandeng tangan sahabatnya. Mereka berdua pun segera meninggalkan warung kopi. Berkat Karyono kegelisahan Kardiman terobati sudah. Kardiman sudah membulatkan tekadnya untuk tetap menomorsatukan keluarga ketimbang pekerjaannya. Dan pada hari itu juga Kardiman telah beralih profesi menjadi tukang becak yang hatinya lebih merdeka daripada karyawan kantoran tapi hatinya terbelenggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun