Dua kali saya menemui kasus musibah gara-gara makanan. Kebetulan orang yang kena musibah itu adalah saudara saya dan tetangga saya sendiri, jadi ini bukan informasi hoak ataupun isapan jempol belaka. Kasus yang pertama adalah musibah yang menimpa ipar saya. Sebulan yang lalu ipar saya menggelapar dan harus di rawat di UGD gara-gara sesak pernapasan dan hampir saja koma jika terlambat pertolongannya. Awal kejadiannya, ketika itu ipar saya sehabis pulang jualan es kelapa muda ia langsung mengonsumsi mi instant dan minum minuman berenergi. Ipar saya yang semula baik-baik saja, selepas maghrib mendadak lemas, keluar keringat dingin, lalu diiringi dengan susahnya pernapasan. Istrinya yang panik melihat suaminya begitu, buru-buru mengontak saya. Saya pun dengan sigap datang ke rumahnya dan segera membawanya ke dokter terdekat. Sesampai di rumah dokter, Ternyata dokter pun membuat rujukan untuk segera di bawa ke rumah sakit. Atas saran dokter, Saya langsung membawanya ke rumah sakit dan di sana ipar saya langsung dimasukkan ke ruang UGD. Selang setengah jam menunggu, saya diberi penjelasan oleh Dokter. Katanya ipar saya itu mengalami keracunan, dan jika saja terlambat pertolongannya bisa saja ia koma atau malah lebih parah lagi bisa saja tak tertolong nyawanya. Saya pun bergidik mendengarnya, tetapi untunglah Tuhan masih memberi keselamatan buat ipar saya.
Kasus yang kedua adalah musibah yang menimpa tetangga saya baru-baru ini. Tetangga saya seorang anak perempuan harus di rawat di rumah sakit dan dioperasi karena mengalami pembekuan darah di perutnya. Menurut informasi yang saya dengar, dia sering mengonsumsi mi instant yang dikasih saus atau cabai. Mula-mula keluarganya mengira kalau anaknya itu sakit perut biasa, tetapi ketika sakit perutnya semakin akut dan si anak sampai guling-gulingan keluarganya pun akhirnya membawa ke rumah sakit. Ternyata berdasarkan hasil ronsen, ditemukan adanya pembekuan darah dalam perut. Akhirnya dokter pun memutuskan untuk melakukan operasi.
Saya jadi merinding sendiri melihat dua kasus tersebut. Entahlah apa benar mi instant bisa jadi pemicunya atau memang sebelumnya sudah ada gejala penyakitnya. Berdasarkan fenomena itulah saya sekarang mengurangi mengonsumsi mi instant. Begitu juga saya menyarankan kepada istri dan anak-anak saya agar jangan terlalu sering mengonsumsi mi instant. Adapun benar tidaknya mi instant bisa menjadi pemicu suatu penyakit saya belum tahu kebenarannya karena saya hanyalah orang biasa, bukanlah dokter ataupun dukun. Namun, bagaimanapun juga mulai dari sekarang saya selalu berjaga-jaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H