Miris, satu kata yang bisa saya ucapkan ketika saya mendapat informasi kalau kawan saya si Jablud telah menghamili pacarnya. Menurut saya Jablud itu anak muda yang masih bau kencur dan sebenarnya masih perlu bimbingan orang tua untuk setiap tindak tanduknya, tetapi dia sudah nekat berbuat amoral dengan pacarnya. Parahnya jablud itu tak jantan sehingga takut untuk mengatakan kepada kedua orang tuanya walaupun pacarnya sudah mendesak sedemikian rupa untuk meminta pertanggungjawabannya. Akhirnya, kuping saya jualah yang dijadiakn sebagai tempat curahan hatinya.
Adalah LKMD (Lamaran Keri Metheng dhisik) atau dalam bahasa inggrisnya disingkat dengan MBA (Married Because Accident). LKMD a.k.a MBA sekarang ini sepertinya menjadi suatu hal yang sudah tidak tabu lagi di kalangan anak-anak muda. Entahlah apa karena pendidikan seks yang kurang atau memang perubahan zaman yang membuat anak-anak muda kebablasan dalam pergaulan dan tak mengindahkan norma-norma yang ada sehingga banyak anak muda yang khilaf dan terjerumus terhadapa perbuatan asyik masyuk and penuh dosa.
Kisah si jablud adalah sebuah kasus besar yang melibatkan bayak pihak, tentunya dua keluarga, yaitu keluarga jablud dan kelurga si cewek. Saya yakin betul orang tua mana yang tak akan kecewa melihat anaknya berbuat bejat. Bisa saja Jablud di gampar habis-habisan atau lebih parah diusir dari rumah. Lalu bagaimana dengan si cewek sendiri? Jika dia akan mengalami hal yang sma dengan Jablud dikhawatirkan dia bisa melakukan hal ceroboh karrena keputusasaannya. Atau semisal jablud dan si cewek kabur (kawin lari) tentu akan mengundang permasalahan baru yang lebih rumit. Inilah resiko besar akibat pergaulan bebas yang harus diselesaikan dengan kepala dingin oleh kedua pihak keluarga.
Akhirnya atas desakan Jablud, sayalah yang menjadi jubir untuk mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi kepada orang tua jablud. Sebelum itu, saya sudah mewanti-wanti kepada Jablud apapun resikonya dia harus siap dan menanggungnya. Saya segera menemui orang tua jablud dan membicarakannya baik-baik, namu seperti yang sduah saya duga, kemarahan orang tua jablud pun tak terbendung sampai-sampai saya kena batunya. Akhirnya setelah saya terus mendinginkan suasana, kemarahan pun reda. Jablud pun kemudian dipanggil kedua orang tuanya. Setelah di marahi kesana kemari, orang tua jablud siap untuk mempertanggungjawabkan perbuatan si jablud dengan syarat segala biaya pernikahan jablud ditanggung sendiri. Masalah baru pun muncul lagi karena pada saat itu, jablud sepeser pun tak memegang uang. Akhirnya setelah sharing kepada saya, saya pun menemukan solusi keuangan buat jablud, yaitu dengan cara menyekolahkan BPKB motornya. Jablud pun setuju. Lalu orang tua kedua pihak bertemu membicarakan kasus yang terjadi. Setelah terjadi kesepakatan di antara keduanya kedua anak manusia yang khilaf itu dinikahkan secara sederhana. Dan saya yakin tentu saja Jablud akan menjumpai masalah-masalah baru yang tak kalah peliknya pasca dia menikah. Saya yang hanya seorang teman hanya bisa berkasih saran dan mendoakannya. Semoga jablud bisa mengatasi sendiri tiap permasalahan yang akan dia hadapi nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H