Langit biru membentang luas, matahari bersinar dengan sewajarnya. Berharap hari ini tidak akan turun hujan. Menanti dan menanti itulah yang dilakukan untuk melihat sang penyinar alam semesta. Namun apalah, hanya beberapa jam saja sang penyinar alam semesta itu muncul. Lalu langit berubah menjadi hitam. Gelap. Tertutup oleh awan kelabu. Ah, sangat mengganggu saja ! Namun apa daya, ini sudah aturan dari Sang Maha Pengatur Alam Semesta. DIA tahu mana waktu yang tepat untuk menurunkan hujan, dan sebaliknya. Awan kelabu itu semakin menjadi-jadi, selain itu rinai mulai turun perlahan demi perlahan yang semakin lama menjadi buliran air besar yang turun dari langit. Tak henti-henti buliran air itu turun malah semakin besar. Awan semakin kelabu. Sudah tidak ada harapankah sang Penyinar Alam Semesta untuk muncul dalam episode kehidupan hari ini ?? Berharap saat senja menjemput malam, Sang Penyinar Alam Semesta itu bisa muncul dengan indah di sudut barat dengan awan-awan yang orange dan langit yang memerah. Jika itu memang benar-benar terjadi, “Aku bisa tersenyum dengan lepas hari ini, bisa menyaksikan senja yang begitu indah dengan imajinasiku.”
Senja, ku harap matahari menyertaimu dalam menyambut malam. Agar atap-atap langit indah atas kerjasamamu dengan sang Matahari …..
Ya, Berharap……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H