Mohon tunggu...
coretan hatiku
coretan hatiku Mohon Tunggu... -

single mother for 2 boy's

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hiiiiii Si Tukang Pel Hantu

8 Januari 2012   14:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu aku mendapat kabar temanku sakit dan di rawat di sebuah rumah sakit pemerintah, aku menjenguk seorang diri dengan membawa sebuah parcel buah yang di rangkai di sebuah kios kecil. Sampai di rumah sakit aku bertanya pada satpam dimana ruangan yang aku tuju dengan menunjukkan sms dari suami temanku, si satpam menunjukkan dengan cara yang tidak jelas, yang ada aku muter sana muter sini.

Sampailah aku di depan pintu lift, saat itu karena kehabisan waktu azan magrib berkumandang, aku tidak lagi konsen pada ruangan tempat dimana temanku di rawat, yang kucari kini adalah sebuah Mushala. Usai menjalankan Shalat Magrib, aku sempat makan di kantin rumah sakit lalu sampai Isya aku kembali ke Mushala dan melaksanakan Shalat Isya.

Shalat Isya selesai, aku kembali kedepan pintu lift saat itu waktu di jam di atas pintu lift yang terpasang menunjukkan pukul 20.00, keadaan sepi dan bau khas dari rumah sakit itu (tau kan bau khas rumah sakit, kaya bau obat gitu) menambah cekam keadaan.  Ada seorang bapak tua yang sedang mengepel lantai dengan sebuah ember berwana hitam di sampingnya, wajah si bapak terus-terusan tertunduk jadi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya.

"Pak, saya mau tanya, klo mau ke ruangan ini sebelah mana?", tanyaku sambil menunjukkan sms dari teman suamiku. Tapi si bapak tampak terus tertunduk terus jadilah aku membacakan nama ruangan yang di maksud.

"Oh lewat sini neng", kata si Bapak sambil menunjuk ke arah kanan, dengan wajah yang tetap tertunduk. Dan lagi-lagi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya.

"Terima kasih, udah jam segini bapak masih kerja saja?", tanyaku.

"Ia bapak, selalu kerja jam segini", jawabnya dingin.

Aku berlalu dan menuju jalan yang di maksud, terus berjalan dan berjalan menelusuri selasar dan lorong-lorong rumah sakit, ternyata mentok dan yang kutemukan tulisan KAMAR MAYAT pada sebuh pintu dengan tanda panah, langsung aku balik badan, berjalan ceat setengah berlari, kembali melewati lift yang tadi, sepi tiada si Bapak yang lagi mengepel padahal 5 menitpun belum, namun dia sudah hilang tak berbekas, aku mencari pintu exit, sempat aku tengokkan wajahku ke belakang tempat dimana si bapak yang tadi berdiri sambil mengepel lantai eh ternyata ada lagi sambil memegang gagang pelnya dia tertawa terkekeh meski begitu tawanya bergema.

Pasang langkah seribu, aku lari terbirit-birit hingga keluar ke depan pintu UGD, tampak banyak orang disana. Seorang satpam yang melihat aku keringat dingin dan dengan nafas tersenggal-senggal menegurku, dan dari sana lah aku tau kalau daerah disitu memang terkenal angker makannya tidak ada pos sekuriti yang terlihat disana karena ga ada satpam yang mau di tempatkan di daerah sana.

Aku langsung pulang dan menjenguk temanku aku urungkan ketika dia sudah sembuh dari sakitnya, aku baru mengoknya di rumahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun