Melihat fenomena akhir-akhir ini yang banyak sekali pacar orang yang rebut oleh temannya sendiri atau orang lain, itu membuat saya semakin paham mengenai konsep kalau jodoh itu harus dikejar sampai usaha terakhir tak peduli jodoh kita itu sudah punya pasangan atau tidak (tapi ini bukan berarti aku berniat untuk merebut pacar orang loj ya). Ehm, ini bisa saja berarti merebut pasangan orang itu disebut perusak hubungan orang. Namun, lain halnya jika target atau jodoh kita itu tidak bahagia dengan pasangannya saat ini. Karena kalau mau disurvei, tidak selamanya pacar orang itu bahagia dengan pacarnya yang sekarang. Seperti istilah jaman dahulu sebelum janur kuning melengkung, suatu hubungan itu belum tentu resmi apapun bisa saja terjadi, jadi masih bisa kita tikung tentunya (kalau memang niat nikung). Yaa siapa tahu ya kalau jodoh kita itu pacar orang. Dan kalau memang jodoh kita itu pacar orang, pasti akan dimudahkan oleh Tuhan kok, kan konsep jodoh itu tidak akan kemana-mana masih berlaku kan? (jawab aja “iya”). Jangan pikirkan perasaan yang ditikung, pikirkan perasaan kalian berdua, karena yang ditikung pasti akhirnya sadar juga kalau memang dia bukan jodohnya. Jangan takut kalau disebut perebut pacar orang, bukankah tak salah kalau kita membahagiakan pacar orang kalau pacar orang itu tidak bisa membahagiakannya? Gini deh, kita analogikan saja kalau jodoh kita atau pacar orang itu ibarat seorang putri yang dikungkung oleh pacarnya yang bisa kita ibaratkan seperti grandong. Lalu kita berusaha nyelamatin putri tersebut. Pertanyaannya, apa yang menyelamatkan putri tersebut salah? Gini loh apa kita pernah lihat ada orang dipenjara karena nikung pacar orang? Toh yang kita tikung itu juga bahagia. Ehm apa demi membahagiakan orang lain itu akan masuk neraka? Apa Tuhan begitu kejamnya mau menjatuhkan karma bagi orang yang ingin berusaha menggapai impiannya? Nah, selanjutnya kalau si target sudah kita dapatkan, langkah berikutnya kita tunjukan keseriusan kita. Karena jika tidak ada niat, ancaman ditikung balik mengancam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H