Sejengkal nafas ini masih kuhirup anggur senyummu
Legowo, meskipun darahku addicted suaramu
Beribu kicau tak terdengar jelas
Gaung mendengung di telinga kudengar Namamu
Dalam haus dalam panas
Aku taklukkan dengan mencuri menatap matamu
Antara sumber mata air dan padang ketakutanku
Sebuah anggur yang kucumbu memabukkan diriku
Mungkin aku akan merangkak menggapai tulang yang tak nampak di lehermu
Saat tangan dan kaki tak lagi mampu bergerak
Kuhayati dirimu dan merasuk dalam jiwamu melalui halus lembut kuduk
Prahara tak menggetarkanku walau pematang sawah tlah rata menjadi lapang
Di situ di kamu di antara seikat nyawamu, aku akan bernafas
Ber-adu, berlari dengan detakan jantung
Yang tak mampu membendung
Dan melumpuhkanku
Duhai betinaku yang tak pernah kuukir
Janganlah engkau mengindahkan yang seakan indah
Biarkanlah yang indah mengindahkan
Duhai betinaku yang tak pernah kubina
Janganlah takut....!!!!
Kita hanya diuji oleh detakan waktu
Yang meskipun mengurangi jatah hembusan nafas
Urailah kebahagiaan dan sandarkan punggungmu di dada mungilku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H