Mohon tunggu...
Zainab El Khadijah
Zainab El Khadijah Mohon Tunggu... Guru - Ghuroba

Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mendaki Impian

13 Desember 2022   11:01 Diperbarui: 13 Desember 2022   11:07 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya menulis, saya ingin Anda membacanya. Who am I? Saya hanya ingin bercerita. Mungkin readers juga merasakan apa yang saya rasa, mengalami apa yang saya alami. Memiliki sebuah impian, tetapi untuk mencapainya terasa tak punya daya. Seakan tangga menuju impian itu sulit untuk dinaiki. Barangkali readers memiliki kesulitan yang sama, lalu bisa melewati setiap hambatan. Syukur-syukur bila ada yang berkenan dengan senang hati berbagi tips, langkah, atau apalah untuk menuntun saya menuju impian. 

Saya memiliki impian banyak. Saat ini, saya merasa usia telah menjadi hambatan. Saya telah melewati jenjang kuliah beberapa tahun silam. Saya merasa saya tak menghasilkan apapun setelah selesai menempuh pendidikan 16 tahun. Seingat saya, waktu SD ketika ditanya cita-cita oleh guru, saya jawab "asal-asalan." Saya tulis dalam kertas kecil "cita-cita menjadi guru." 

Ketika saya berada di semester pertengahan kuliah, saya mulai membaca berbagai buku. Saya mulai menemukan sosok-sosok hebat. Impian demi impian mulai bersemi. Salah satu impian saya, saya ingin menjadi penulis inspiratif berangkat dari melihat profil penulis-penulis hebat. Saya menuliskan impian saya di buku diary. Dengan besar harapan, coretan itu akan menjelma menjadi nyata. 

Ternyata, faktanya saya tidak maksimal untuk mewujudkan mimpi itu. Saya sibuk bekerja yang tidak linear dengan impian saya. Saya bekerja untuk mendapatkan uang sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu ekonomi orang tua. Saya tenggelam dalam kesibukan itu hingga saya lupa telah melewati tahun demi tahun. 

Tiba rasa lelah yang dirasa tiada menghasilkan apa-apa. Saya ingin belajar lagi. Mengejar ketertinggalan. Ah, rasanya pintu belajar seakan tertutup oleh tuntutan kerja yang harus tampak menghasilkan uang. Telingaku sering dibisiki, "usiamu bukan lagi usia untuk belajar. Ke mana saja selama ini?" 

Sepanjang hari, saya hanya menangisi mengapa saya baru menyadari pentingnya belajar berbagai hal, terutama dunia kepenulisan. Keinginan saya, saya bisa menerbitkan satu buku saja. Setiap memulai ingin menulis, selalu dihantui oleh kalimat "apa yang akan engkau tulis, sementara pengetahuan tentang menulis sangat minim? Apa engkau ingin dunia menertawakan karyamu yang asal-asalan?" 

Kembali lagi berputar di harus "belajar, belajar, belajar tentang dunia kepenulisan" di tengah perjalanan berhenti, putus asa, lalu menjauhkan tangan dari menulis sesuatu, bahkan dari tulisan receh sekalipun. Rasa minder telah menjadi penyakit akut di dalam diri. 

Kemudian impian menjadi penulis, memudar. Profil hebat yang menjadi inspirasi hanyalah orang-orang terpilih. Alasannya, mereka sudah memiliki bakat di sana. Mereka dikaruniai kemampuan untuk mencapai kedudukan sebagai penulis. Sedangkan saya, saya hanyalah sosok pemalas dan penakut. Saya tidak bisa mencapai impian itu. Buruk sekali memang prasangkanya. Di bawah alam sadar pesimis ini secara sengaja dibangun menjadi benteng antar diri dengan impian. 

Saya ingin merobohkan benteng ini. Apakah kesempatan itu sebenarnya masih ada? Namun, saya berada dalam titik bingung sebingung-bingungnya. Saya harus memulai dari mana. Saya tak memiliki sandaran yang mendukung menuju impian saya. Di sisi lain, tuntutan keluarga untuk bekerja sudah disajikan di hadapan saya. Akankah saya kembali pada kesibukan yang tak menghasilkan karya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun