Bagaimana kabar aktivitas membacamu hari ini? Sudah punya kebiasaan membaca atau belum? Sudah menjadikan membaca sebagai kebutuhan atau belum? Sudah mencintai membaca atau belum, atau masih belajar mencintai? Bagus masih mau belajar mencintai membaca daripada membenci membaca. Artinya masih ada harapan untuk hidup. Mengapa demikian? Berdasar pada kutipan seorang penulis dari Britania, Owen Meredith mengatakan, membacalah untuk hidup, bukan hidup untuk membaca. Jika ingin hidup, nafasnya adalah membaca.
Bagi kita sebagai anak-anak Muslim pasti tidak asing dengan surah yang pertama kali diturunkan, Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi perintah, iqra' (bacalah). Seakan Allah mengisyaratkan kepada kita tentang betapa pentingnya membaca. Karena dengan membaca dapat melihat seluruh dunia. Seperti pepatah, buku adalah gerbang dunia, membaca adalah kuncinya. Siapa yang ingin melihat isi dunia, membacalah.Â
Aktivitas membaca adalah jembatan untuk mengetahui ilmu pengetahuan. Ulama-Ulama hebat yang kita nikmati karyanya saat ini, tentu tidak terlepas dari kegemarannya dalam membaca. Beberapa ulama dikenal ulama "gila baca" atau dalam bahasa kita "kutu buku" seperti Ibnu Al-Jauzy dikatakan mampu mengkhatamkan 200.000 jilid kitab.Â
Imam an-Nawawi dapat membaca 12 kitab pelajaran dalam sehari. Serta ulama-ulama lainnya seperti imam Syafii, imam Ghazali maka tidak mungkin lahir sebuah karya tanpa banyak membaca. Bagaimana dengan kita, ada berapa buku yang sudah dibaca dalam sehari?
Contoh tokoh-tokoh hebat di negeri kita yang gemar membaca setidaknya ada 5 tokoh. Mereka semua adalah orang-orang hebat. Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, presiden yang dikenal mahir dalam berorasi, bahkan orasinya dikenal dapat membius pendengarnya, keluasan wawasannya karena memiliki cinta berat terhadap membaca. Sampai-sampai di kamar mandinya ada rak buku sampai 4 laci.Â
Bung Hatta, wakil presiden pertama, beliau sangat cinta membaca, dengan 8000 judul buku yang sudah dikoleksi. Kutukannya yang keren, saat beliau hendak di penjara, aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas. Jelas sekali, bahwa Bung Hatta sangat mencintai membaca.Â
Begitu pula presiden ke tiga, Ir BJ Habibie, kecerdasan otaknya membuat takjub orang-orang Barat, andai otaknya bisa dibeli, tentu mereka akan membelinya dengan harga mahal. Beliau rela menghabiskan waktu 7,5 jam untuk membaca dalam keseharianya. Saking gemarnya membaca, sampai dibangunkan perpustakaan pribadi.
Gus Dur, sebutan masyarakat untuk Presiden ke empat. Beliau juga dikenal berwawasan luas. Tak lepas dari kecintaannya pada Membaca. Beliau pernah berkarir di bidang jurnalis. Serta tokoh-tokoh lainnya seperti Ki Hajar Dewantara dan R.A Kartini juga menjadikan membaca adalah kebutuhan dan kebiasaan.Â
Mereka semua kita kenang sebagai karakter-karakter hidup meski jasadnya telah tiada. Kehebatan mereka tidak lepas dari kebiasaannya pada membaca. Sebab dengan membaca cakrawala pengetahuan terbuka luas. Dengan membaca seakan terbang, dan mampu melihat sesuatu yang berada di bawah dari ketinggian.Â
Cinta membaca tidak akan tumbuh subur sebelum dalam diri kita muncul pemahaman betapa indahnya aktivitas membaca itu. Dikatakan membaca itu adalah kebahagiaan bagi pikiran, asupan, dan makanan rohani. Cara yang pertama, adalah memunculkan rasa cinta, membuat jadwal, lakukan secara terus menerus, sehingga tertanam tak bisa hidup tanpa membaca. Selamat jatuh cinta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H