[caption caption="sumber : www.pendidikankarakter.com"][/caption]
"Kakak, ayo bangun! Sudah pagi. Ayo mandi !"
Si kakak tak lama kemudian bangun. Mengambil sepatu Ayah, Ibu, Adik dan juga miliknya. Ia tata di lantai. Si Kakak sudah terbiasa dengan sigap membantu beberapa persiapan di setiap pagi hari.
"Adik, dik....!" Ku goyang-goyang badannya berusaha membangunkan.
"Ayo bangun, sudah pagi, nanti terlambat loh. Adik belum juga membereskan buku yang akan dibawa ke sekolah kan?" .
Sambil mata masih terpejam, si Adik mengangguk. Duh, dalam hati, nih Adik memang sudah bangun atau gerakan reflek aja niy. Alhasil benar saja, waktu makin menunjukkan saatnya jemputan anak-anak datang, si Adik belum juga siap. Setiap kali dibangunkan, Ia membuka matanya. Kutinggal sebentar, kembali lagi si Adik sudah memejamkan matanya kembali.
"Aaarrrgg !!" rasanya sudah ingin marah.
Sementara aku memasak untuk bekal si Kakak, menyiapkan pakaian untuk Ayah dan anak-anak, juga persiapanku sendiri. Maklum jadi wanita karier, plus ibu rumah tangga yang tanpa asisten. Setiap harinya misiku harus berhasil. Ayah siap berangkat pagi. Anak-anak sudah sarapan, membawa bekal makan siang, dan siap berangkat dengan sempurna. Satu hal lagi, aku pun harus sempurna bisa berangkat tepat waktu ke kantor. Ya, aturan kantor, datang telat potong gaji dan harus membayar ketelatan waktu dengan pulang lebih malam. Yup, begitulah aktifitas setiap pagi yang boleh dibilang "rempong". Terutama buat si Kecil yang masih belum sigap untuk bekerja sama.
Suatu pagi, seperti biasanya aktifitas "kerempongan" dimulai. Tapi kali ini aku kaget, si Adik luar biasa mudah sekali dibangunkan. Ia langsung membuka matanya dan tersenyum.
"Wah, luar biasa Adik bangun dengan cepat. Kakak sudah selesai mandi, Ibu akan mandi dulu, setelah itu Adik ya...! " Aku jadi bersemangat niy.
"It will be perfect", gumamku.