Â
Siang kemarin, (14/1) pukul 10.50 WIB terjadi ledakan bom granat di kawasan Sarinah Thamrin Jakarta. Tujuh orang korban yang terdiri dari empat anggota pengeboman, dua warga sipil dan satu orang polisi tewas ketika kejadian berlangsung. Pihak kepolisian pun masih menyelidiki motif asli ledakan bom yang dilakukan di pusat berbagai kantor institusi pemerintahan dan pusat perbelanjaan tersebut.
Dalam kejadian itu, kurang lebih sebanyak enam ledakan bom terdengar di kawasan yang sama (Laporan Wartawan TVRI). Ledakan pertama terjadi di kawasan perbelanjaan modern pertama di Jakarta, Sarinah Thamrin tepatnya di depan kedai kopi Starbucks, disusul dengan ledakan yang terjadi di kawasan parker kawasan perbelanjaan tersebut. Ledakan juga terdengar di kantor kedutaan Perancis untuk Indonesia. Tak hanya itu, oknum yang diduga tergabung dalam komplotan pelaku tindakan bom juga sempat melakukan baku tembak dengan oknum kepolisian di kawasan Jakarta Teater.
Tentu kejadian tersebut langsung menjadi sorotan berbagai media massa tanah air, terlebih waktu kejadian mendekati waktu prime time bagi media berita untuk melaporkan informasi yang sedang hangat-hangatnya terjadi. Stasiun TV Nasional TVRI Bahkan sejak pukul 11.30 sudah menurunkan beritanya berikut dengan cuplikan-cuplikan video yang terekam oleh kamera CCTV. Sehingga memungkinkan berita ini menjadi trending topic berbagai media massa yang banyak dicari masyarakat.
Terkait aksi pengeboman tersebut, jika dilihat lebih lanjut, sebenarnya tidak senantiasa diarahkan pada sesuatu yang tidak jelas. Bahkan sebenarnya malah memberikan dampak positif bagi pelaku dunia ekonomi baru, terlepas dari efek keamanan dan sisi kemanusiaannya. Seperti kebanyakan aksi peledakan bom yang telah terjadi berkali-kali beberapa waktu yang lalu, sasarannya selalu tertuju pada pelaku ekonomi asing yang mengembangkan sayapnya di tanah air, atau pelaku politik asing yang mencoba mencampuri kebijakan politik dalam negeri. Bisa dilihat saja seperti ledakan di JW Marriot beberapa tahun silam, Kawasan Hiburan di Bom Bali 2002, dan lain-lainnya. Demikian juga pada peledakan bom yang terjadi siang ini tadi juga terjadi di depan kedai kopi Starbucks yang merupakan franchise milik Amerika Serikat.
Melihat sisi perkembangan ekonomi asing, tanpa kita sadari beberapa hobi kecil kita seperti nongkrong, belanja, dan berwisata selalu menggunakan produk-produk kapitalis milik pemodal asing. Alasannya sederhana, hanya untuk sebuah gengsi. Namun apakah kita sadar bahwa gengsi itulah yang sebenarnya digunakan sebagai alat mempromosikan produk yang mereka jual demi mengeruk keuntungan pribadi ke kantong asing. Ketika setiap hari kita mengkonsumsi, menggunakan dan meniru produk dan kebiasaan asing, secara tidak langsung sebenarnya kita turut membunuh potensi dan peluang produk-produk lokal untuk berkembang. Hasilnya, kita sendiri semakin dijajah oleh pelaku ekonomi asing dengan cara diberi gengsi namun tanpa disadari kita diinjak-injak dengan tanpa adanya kedaulatan untuk membuat produk milik kita sendiri.
Dari kejadian ledakan bom yang terjadi siang hari kemarin, presenter yang membawakan berita di TVRI Nasional pukul 11.30 hingga 12.30 (siapa, saya lupa namanya) secara pribadi memberi opini kepada masyarakat untuk menghindari kedai dan franchise milik Amerika Serikat. Saya terus terang senang mendengar opini yang dikemukakan presenter tersebut. Memang, tujuannya menghimbau masyarakat untuk sementara menghindari kedai asing dari kemungkinan terjadinya ledakan bom susulan yang akan membahayakan keselamatan jiwa, namun secara berkala ketika kepercayaan konsumen akan keselamatan saat berbelanja di franchise asing menurun, tentu mereka akan beralih ke kedai-kedai lokal yang lebih terjamin keamanannya dari pelaku-pelaku peledakan bom. Secara gamblangnya dapat dikatakan begini, ketika para pelaku peledakan bom tersebut selalu mengarahkan tindakannya kepada para pemilik modal asing, maind set masyarakat bahwa berbelanja di kedai milik asing tidak aman lama kelamaan akan terbentuk, terlebih ada bantuan media massa yang akan semakin memperluas sebaran berita seperti kasus yang terjadi hai ini,  sehingga para konsumen akan lebih memilih tempat-tempat yang lebih aman untuk berbelanja atau sekadar bersantai yakni ke kedai dan franchise lokal. Sehingga dengan adanya peralihan konsumen tersebut, kedai-kedai lokal dan pelaku ekonomi lokal yang sedang mengembangkan waralabanya bisa bernapas lebih lega dengan semakin terbukanya peluang untuk mengembangkan bisnis mereka di negara mereka sendiri.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H