Saya bersama satu teman pun ikut mencoba bergabung dengan kerumunan itu, tak lupa juga saya membawa makanan yang dihidangkan banyak pedagang di pintu gerbang sampai sekeliling lapangan.Â
Duduk tanpa alas mengelilingi 2 pohon rindang beratapkan cahaya rembulan memang cukup menyenangkan. Seketika saya menyadari bahwa banyak dari kami datang bukan untuk mengikuti upacara kemenangan lagi, tetapi hanya ingin melihat upacara itu.
Tak lama setelah duduk, terlihat dari jauh seorang laki-laki dewasa mengenakan kaos oblong dan celana pendek yang sudah mulai memudar warnanya dengan gerobak dagangan nya menghampiri tetangga kelompok kami.
"Kalian kalau mau pulang dari sini, jangan lupa bawa sampah nya juga. Karena saya sudah sering pantau kelakuan kalian"
"Iya, Pak." Â Dengan kepala tertunduk dan kelihatan sedikit malu
Setelah selesai menegur, langkah kaki laki-laki itu mulai mendekat kearah kami.
"Nanti kalian jangan lupa bawa sampah nya ya." Dengan nada lembut
"Iya pak." Sahut saya.
Kemudian saya sejenak berpikir, ternyata makanan yang mereka bawa tidak untuk dipersembahkan kepada sang panglima perang yang gagah itu. Sedikitpun mereka tidak menghargai panglima itu.
Tak berselang lama, seorang perempuan tua berpakaian lusuh dengan tongkat ditangan kanannya dan aqua gelas kosong yang berisi uang receh datang menghampiri aku dan teman ku. Sontak teman ku merogoh kantong celananya, mengambil uang 2 ribu dan memasukkannya kedalam aqua gelas kosong yang dipegangan si nenek.
"Terimakasih, Nak, semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga suatu saat sukses."