Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkembangan Pemasaran dan Perilaku Konsumen Produk Tempe

19 Februari 2024   17:50 Diperbarui: 19 Februari 2024   17:56 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemasaran saat ini telah memasuki era Marketing 4.0, pemasaran difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan strategi pemanfaatan teknologi. Teknologi yang paling berperan saat ini adalah sosial media, hal ini dapat dilihat dari penggunaan sosial media yang menyebar ke seluruh kalangan tanpa batas usia, kelas sosial dan wilayah. Pemasaran melalui media sosial dapat menjangkau semua konsumen sasaran dengan sistem dan pelaynana yang lebih mudah, seperti yang telah kita tahu penggunaan e-commerce, media sosial facebook, instagram, whataspp sangat digemari karena prosesnya yang sederhana. Konsumen tidak pelru ddatang ke tempat yang jauh hanya untuk membeli suatu barang, ditambah lagi dnegan teknologi e-money seperti m-banking, dana, shopeepay, gopay dan sebagainya.

Era sebelum media sosial bermunculan  perjalanan konsumen terhadap suatu produk dan menjadi loyal dengan melakukan repeat order yaitu 4A aware, attitude, act, dan act again. Namun saat ini berganti menjadi 5A yang mana pembelian kembali juga berkaitan dengan advokasi. Pelanggan dapat menjadi sarana untuk menarik pelanggan melalui review atau testimoni yang deberikan. Promasi tersebut sering kita jumpai berbentuk testimoni, review dan endorsment dari publik figur untuk menarik pelanggan. Bentuk advokasi dapat berupa like, comment maupun membagikan suatu konten promsoi produk kepada orang lain Perilaku konsumen dalam membeli suatu produk dapat dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor individu konsumen meliputi nilai, motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, sikap, kepribadian, dan citra diri. Faktor sosial meliputi keluarga, kelompok, status soial, dan gaya hidup Keputusan konsumen dalam membeli suatu produk dapat dimulai dari inisiatif individu tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keinginanya akan suatu produk.

Tempe merupakan salah satu makanan yang digemari masyarakat Indonesia yang biasa dikonsumsi sebagai lauk pendamping bersama nasi. Tempe yang merupakan makanna olahan dari kedelai telah berkembang baik dari segi bentuk, kemasan, maupun makanna hasil olahannya. Perkembangan atau inovasi produk tempe tentunya disesuaikan dnegna permintaan mulai darti tingkat kematangan, tekstur, kemasan, ukuran dan sebagainya. Analisis pada jurnal utama yang berjudul "Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk Tempe di Sentra Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Jawa Timur" menganalsiis beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi dan perilaku konsuemn dalam membeli tempe, yakni dari segi harga, kualitas, pelayanan, dan faktor psikologis (konsumen itu sendiri). Umumnya konsumen pasti akan memilih harga barang yang lebih murah dan terjangkau dengan kualitas yang baik , sesuai dengan prinsip ekonomi.

Harga merupakan faktor yang paling dominan, disamping kualitas tempe, kemasan yang higienis, penjual yang ramah serta faktor psikologis berupa langganan kepada pedagang tempe. Kemasan yang higienas berupa daun pisang ataupun plastik juga mempengaruhi minat konsumen untuk membeli. Tempe untuk pangsa pasar swalayan membutuhkan packaging yang higienas agar lebih tahan lama serta terlihat lebih menarik. Pemahaman konsumen terkait produk menjadi hal yang paling utama. Adapun stimulus dari luar juga bisa mempengaruhi jika daya tarik tersebut dekat dengan karakter dan kegemaran konsumen.  

Analisis terkait perilaku konsumen pada sentra industri tempe sangat penting guna mennetukan strategi pemasaran.. Tempe banyak disukai dan dibeli oleh semua kalangan karena harganya yang cukup terjangkau. Rata-rata pembelian tempe dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam setiap minggu. Harga yang sangat terjangkau adalah faktor eksternal utama yang dibuktikan dengan pilihan konsumen sejumlah 68,3% yang snagat setuju jika harga tempe terjangkau atau lebih murah. Semakin tinggi harga maka keoutusna konsumen untuk membeli akan semakin kecil begitupun sebaliknya. Namun tidak sedikit pula masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya kualitas, sehingga preferensi konsumen dalam membeli tempe adalah harganya sesuai dnegan kualitas.

Harga dapat menjadi indikator kualitas, hal ini karena bahan baku kedelai impor yang berkualitas memeiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan kedelai lokal. Mayoritas produsen tempe memang menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku karena ukurannya yang besar, tidak mudah pecah dan lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan tempe yang berkualitas pula. Sehingga fluktuasi harga kedelai yang tinggi akan sangat mempengaruhi harga jual tempe.

            Pengetauan konsumen yang semakin betkembang mulai dari pengetahuan akan gizi, kebersihan, dan faktor keamanan pangan semakin merata. Sehingga produsen pada era marketing 4.0 harus selalu mengakses informasi pasar untuk mengetahui tingkat preferensi atau kualifikasi produk yang diinginkan konsumen. Kualitas tersebut menjadi strategi bagi produsen untuk emningkatkan daya sehingga bisa bertahan ditengah banyaknya pesaing produsen tempe. Faktor kualitas tempe meliputi rasa yang enak, kedelai yanga berkualitas, dan kemasna yang higienis. Mayoritas konsumen yakni sebnayak 66,6% memilih tempe yang berkualitas berdasarkan ketiga indikator rasa, bahan baku, dan kemasan.

            Faktor ketiga yakni pelayanan konsumen berkaitan dnegan cara pedagnag dalam menjalin costumer relationship sehingga kan muncul sikap psikologi dari konsumen berupa pembelian tempe secara berlangganan di satu produsen atau pelanggan. Pelayanan yang baik ditunjukkan dnegna sikap penjual, kemudahan mendapatkan produk, proses transaksi, dan sikap dari pihak terkait yang menciptakan kenyamana tersendiri yang mempengaruhi sikap konsumen. Penjualyang ramah memiliki daya tarik yang besar bagi konsuemn seperti halnya pada pedagnaga di pasar atau pedganag sayur keliling yang ramah dan menjadi tempat langganan para ibu rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa indikator yang mepengaruhi perilaku konsumen tempe harus sejalan dengan perkembangan zaman, kualitas tempe, harga, kemudahan pelayanan. Produsen tempe harus mengembangkan strategi marketing mix untuk mendukung perkembnagan pemasaran tempe.

Referensi :

Setiawan, A.P., W. Artini dan A. D. Pamujiati. 2020. Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk Tempe di Sentra Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. AGRINIKA. 4(1) : 44-56.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun