Agroforestry adalah suatu sistem pengelolaan usaha tani yang memadukan tanaman hutan (tahunanan) dengan tanaman pangan dan pakan ternak secara berkelanjutan. Sistem ini merupakan solusi untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, kebutuhan kayu, dan pakan ternak tanpa merusak kelestarian hutan karena menggunakan konsep win win solution. Pengelolaan hutan diusahakan agar tercapainya kesejahteraan masyarakat dan keseimbangan lingkungan. Dengan memadukan tanaman tahunan dengan musiman maka akan memberikan beberapa keuntungan seperti :Â
- Terjaganyaa kadar unsur hara di lahanÂ
- Memelihara kesuburan tanah karena pergantian unsur hara rutin karena adanya tanaman semusim
- Mengurangi laju run off
Terdapat beberapa model agroforestry diantaranya yaitu agrosilvopastura (tanaman hutan dengan peternakan), dan agrosilvofishery (tanaman hutan dan perikanan ) serta agroforestry pada umumnya. Â Contoh pelaksanaan sistem agroforestry di Indonesia, salah satunya oleh LMDH Lempaji Wana Jaya yang membudidayakan tanaman kopi, pisang diantaranya tanaman pinus dan jati. Selain itu ada juga yang menanam produk hortikultura seperti sayuran, jagung, dan padi disamping tanaman tahunan (jati atau pinus).
Lahan Gambut dan pengelolaannya
Tanah gambut terbentuk dari sisa tanaman yang memebusuk namun belum terdekomposisi secara sempurna sehingga teksturnya masih kasar dan terlalu Lahan gambut sering dimanfaatkan sebagai temapt berburu, pengusahaan tanaman hutan , usaha pertanian, sebagai bahan media pembibitan, bahan pembuatan briket, penghasil gas dan sebagai bahan karbon aktif. Lahan gambut banyak di temukan di luar pulau Jawa, saat ini lahan gambut sudah banyak yang produktif untuk usaha sawit maupun hortikultura, dan tanaman pangan.
 Kondisi bahan organik yang sangat tinggi pada lahan gambut memerlukan adanya pengolahan lebih lanjut agar lahan gambut dapat dimanfaatkan untuk area pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi namun kandungan unsur haranya rendah sehingga menyebabkan tanah menjadi porus. Umumnya pH tanah lahan gambut bersifat masam yang berarti tidak cocOk bagi mayoritas tanaman, sehingga perlu pengolahan seperti pengkapuran, pemberian abu dll untuk menetralkan pH tanah. Selain itu perlu dilakukan pengolahan lain yang berbeda dibandingakn jenis tanah umum, misalnya dalam penanman kedelai di lahan gambut memerlukan adanya bedengan (gundukan tanah ) untuk menghindari tanah porus serta pembuatan drainase untuk merendahkan air tanah. Saat ini banyak teknologi budidaya di lahan gambut sehingga lahan gambut yang semula dianggap sebagai lahan kritis dan tidak porduktif menjadi bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H