Mohon tunggu...
Dimas Atha Putra
Dimas Atha Putra Mohon Tunggu... Aspiring 3D generalist, web developer, and software engineer

I am an engineering student.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal ADL (Architecture Description Language)

17 Maret 2025   23:57 Diperbarui: 17 Maret 2025   23:57 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Arsitektur (Sumber: Unsplash/ThisisEngineering)

ADL memaksa tim untuk mendokumentasikan arsitektur secara terstruktur. Ini sangat berguna saat ada anggota tim baru yang perlu memahami sistem dengan cepat.  

3. Deteksi Masalah Sejak Dini 

Sebelum kode ditulis, ADL bisa digunakan untuk menguji skenario kegagalan atau bottleneck kinerja. Misalnya, simulasi menunjukkan bahwa sistem akan lambat jika 10.000 pengguna mengakses bersamaan. Tim kemudian bisa memperbaiki desain sebelum implementasi.  

4. Dukungan untuk *Reuse* dan Standarisasi 

ADL memungkinkan tim menggunakan kembali komponen atau pola arsitektur yang sudah terbukti berhasil. Contoh: Jika sebuah perusahaan sudah punya ADL untuk sistem pembayaran, tim baru bisa mengadaptasinya tanpa harus mulai dari nol.  

5. Mempermudah Evolusi Sistem 

Sistem software jarang statis. Mereka terus diperbarui, diperluas, atau diintegrasikan dengan teknologi baru. ADL membantu tim melihat dampak perubahan sebelum dilakukan. Misalnya, jika ingin menambahkan fitur AI, ADL bisa menunjukkan komponen mana yang perlu dimodifikasi.  

Tantangan dalam Menggunakan ADL 

Meskipun punya banyak manfaat, ADL bukan tanpa tantangan. Beberapa hambatan yang sering dihadapi tim adalah:  

1. Kurangnya Pemahaman tentang Konsep Arsitektur 

ADL hanya seefektif orang yang menggunakannya. Jika tim tidak paham prinsip dasar arsitektur---seperti separation of concerns atau scalability---maka ADL hanya akan jadi diagram tanpa makna.  

2. Kompleksitas ADL Tertentu 

Beberapa ADL seperti MetaH atau Wright punya sintaks yang rumit. Tim mungkin perlu waktu lama untuk mempelajarinya, terutama jika tidak punya latar belakang formal.  

3. Keterbatasan Tools

Tidak semua ADL didukung oleh tools yang user-friendly. Ada ADL yang hanya bisa dijalankan via command line atau memerlukan lisensi mahal.  

4. Resistensi dari Tim 

Developer yang terbiasa langsung menulis kode mungkin enggan "membuang waktu" untuk membuat deskripsi arsitektur. Mereka perlu diyakinkan bahwa ADL justru menghemat waktu dalam jangka panjang.  

5. Ketidaksesuaian dengan Metode Pengembangan 

ADL tradisional mungkin kurang cocok dengan metodologi agile atau DevOps yang menekankan iterasi cepat. Namun, ADL modern seperti yang dipakai dalam Continuous Architecture sudah beradaptasi dengan pendekatan ini.  

ADL dan Standar Industri 

Banyak industri punya standar arsitektur sendiri, dan ADL sering menjadi bagian dari standar tersebut. Contoh:  

  • AUTOSAR (Automotive Open System Architecture), standar untuk arsitektur software di mobil modern. AUTOSAR menggunakan ADL khusus untuk memastikan komponen dari vendor berbeda bisa bekerja bersama.  
  • UAF (Unified Architecture Framework), yaitu kerangka kerja untuk sistem pertahanan dan aerospace. UAF menyediakan panduan tentang ADL yang bisa digunakan untuk memodelkan sistem kompleks.  
  • TOGAF (The Open Group Architecture Framework), yaitu kerangka kerja untuk arsitektur enterprise yang sering dipadukan dengan ArchiMate.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun