ADL memaksa tim untuk mendokumentasikan arsitektur secara terstruktur. Ini sangat berguna saat ada anggota tim baru yang perlu memahami sistem dengan cepat.
3. Deteksi Masalah Sejak Dini
Sebelum kode ditulis, ADL bisa digunakan untuk menguji skenario kegagalan atau bottleneck kinerja. Misalnya, simulasi menunjukkan bahwa sistem akan lambat jika 10.000 pengguna mengakses bersamaan. Tim kemudian bisa memperbaiki desain sebelum implementasi.
4. Dukungan untuk *Reuse* dan Standarisasi
ADL memungkinkan tim menggunakan kembali komponen atau pola arsitektur yang sudah terbukti berhasil. Contoh: Jika sebuah perusahaan sudah punya ADL untuk sistem pembayaran, tim baru bisa mengadaptasinya tanpa harus mulai dari nol.
5. Mempermudah Evolusi Sistem
Sistem software jarang statis. Mereka terus diperbarui, diperluas, atau diintegrasikan dengan teknologi baru. ADL membantu tim melihat dampak perubahan sebelum dilakukan. Misalnya, jika ingin menambahkan fitur AI, ADL bisa menunjukkan komponen mana yang perlu dimodifikasi.
Tantangan dalam Menggunakan ADL
Meskipun punya banyak manfaat, ADL bukan tanpa tantangan. Beberapa hambatan yang sering dihadapi tim adalah:
1. Kurangnya Pemahaman tentang Konsep Arsitektur
ADL hanya seefektif orang yang menggunakannya. Jika tim tidak paham prinsip dasar arsitektur---seperti separation of concerns atau scalability---maka ADL hanya akan jadi diagram tanpa makna.
2. Kompleksitas ADL Tertentu
Beberapa ADL seperti MetaH atau Wright punya sintaks yang rumit. Tim mungkin perlu waktu lama untuk mempelajarinya, terutama jika tidak punya latar belakang formal.
3. Keterbatasan Tools
Tidak semua ADL didukung oleh tools yang user-friendly. Ada ADL yang hanya bisa dijalankan via command line atau memerlukan lisensi mahal.
4. Resistensi dari Tim
Developer yang terbiasa langsung menulis kode mungkin enggan "membuang waktu" untuk membuat deskripsi arsitektur. Mereka perlu diyakinkan bahwa ADL justru menghemat waktu dalam jangka panjang.
5. Ketidaksesuaian dengan Metode Pengembangan
ADL tradisional mungkin kurang cocok dengan metodologi agile atau DevOps yang menekankan iterasi cepat. Namun, ADL modern seperti yang dipakai dalam Continuous Architecture sudah beradaptasi dengan pendekatan ini.
ADL dan Standar Industri
Banyak industri punya standar arsitektur sendiri, dan ADL sering menjadi bagian dari standar tersebut. Contoh:
- AUTOSAR (Automotive Open System Architecture), standar untuk arsitektur software di mobil modern. AUTOSAR menggunakan ADL khusus untuk memastikan komponen dari vendor berbeda bisa bekerja bersama.
- UAF (Unified Architecture Framework), yaitu kerangka kerja untuk sistem pertahanan dan aerospace. UAF menyediakan panduan tentang ADL yang bisa digunakan untuk memodelkan sistem kompleks.
- TOGAF (The Open Group Architecture Framework), yaitu kerangka kerja untuk arsitektur enterprise yang sering dipadukan dengan ArchiMate.