Mohon tunggu...
Constantin Damar
Constantin Damar Mohon Tunggu... -

not ready yet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Christmas (Late Post)

30 Desember 2013   12:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini aku dan keluargaku merayakan Natal. merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus, Isa Almasih, atau apapun sebutannya.DIsini saya menyebutnya Tuhan Yesus,

Iya, Tuhan.

Tuhan kok lahir? Berarti Yesus juga manusia dong? Berarti Yesus sama dong kayak kita?

Itu pertanyaan paling umum yang sering saya dengar terucap dari teman-teman saya yang beragama lain.

Kalau saya dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu beberapa tahun lalu, mungkin saya akan menjawab, “ngaak tau deh, gak peduli. yang pernting perayaannya.” Sampai beberaoa tahun lalu, saya diberi pengalaman yang kurang lebih bisa merubah cara pandang saya.

Suatu hari saya mengikuti sebuah retret yagn diadakan oleh sekolah tempat saya belajar. Disana ada orang yang memberikan pertanyaan yang sama persis seperti pertanyaan yang kudapat dulu. “Tuhan kok lahir? Berarti Yesus sama kayak kita dong? Berarti Yesus juga manusia biasa dong?” Lalu dengan tenangnya, romo yang mendampingi retretku menjawab: ” kalian tahu semut kan? dirumah kalian pasti ada banyak semut. Tahu nggak apa yang diomongin semut kalo ketemu temennya? Tahu nggak semut ngomongnya pake bahasa apa? enggak kan? nah! karena kita manusia, maka kita nggak tahu apa yang diomongin semut kalo ketemu temennya. Kita nggak tahu semut ngomongnya pake bahasa apa. Supaya kita bisa ngerti bahasa semut, kita harus jadi semut, Supaya kita bisa ngobrol sama semut, kita harus jadi semut. Nah, gitu juga Tuhan Yesus. Supaya Dia bisa ngerti kita, dia jadi manusia. Supaya Dia bisa ngobrol sama kita dia jadi manusia. Supaya Dia bisa lebih ngerti kita, Dia jadi manusia. Dia merendahkan diriNya jadi manusia, supaya Dia bisa lebih dekat dengan kita, supaya manusia bisa mengenal Tuhannya dengan lebih baik.”

"Dia lahir di palungan, di kandang domba yang kotor dan bau, bukan di tempat tidur mewah di dalam istana. Dikelilingi para gembala, bukan pengawal yang gagah berani. Tapi lihatlah, para raja dari Timur yang jauh pun berlutut menyembah Nya, para malaikat bersukacita karena kelahiranNya. Tuhan datang sebagai pelayan, bukan sebagai orang yang memerintah dengan kekuasaan. "

"Barangsiapa yagn terkecil, Ia akan jadi yang terbesar."

Kira-kira seperti itu lah yang dikatakan romo tersebut untuk menjawab pertanyaan yang selama ini tak bisa kujawab itu. Hal ini, secara langsung maupun tak langsung merubah paradigma saya tentang perayaan Natal. Natal yang selama ini hanya l=melulu tentang perayaan semata, sepertinya kini jadi bermakna lebih mandalam buat saya.

But, however, Merry Christmas everyone. Semoga damai dan berkat selalu menaungi kita semua…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun