Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Di Ujung Senja

31 Mei 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu hampir tak pernah melewatkan senja di tepi pantai dekat rumahku.Begitu juga dengan senja kali ini.Dengan baju daster bercorak bunga mawar yang berkibar-kibar diterpaangin,rambut hitam dikepang longgar hingga sebahagian melambai-lambai menutupi wajahnya,kaki telanjang manapak ramahpada pasir pantai,dan setangkai bunga kertas berwarna merah jambu ditangannya.Dia berdiri kaku di tepi pantai itu.Hanya berdiri diam.Hingga matahari mulai tenggelamdan semburat oranye kuning keemasaan menguasai lautan pada senja itu,hingga perempuan itu menjelma menjadi sosok bayangan hitam,hingga cahaya silau berpendar diwajahnya,hingga bunga kertas terombang-ambing oleh laut,hingga teriakan penuh keputusasaan menyambut malam,hingga dia membelakangi lautan ,berjalan perlahan,pulang.Sesekali aku melihat dia membentangkan tangan menikmati belaian angin memeluk tubuhnya yang kurus.

Perempuan itu dengan segala cinta dan kesetiaan yang dia punya selalu menghabiskan senja di tepi pantai dekat rumahku.Menanti kekasih jiwa, yang pergi menjemput senja.Tak sadar pemandangan ini selalu menemani senjaku,mengawasi setiap gerak geriknya mereka-reka apa yang ada dalam benaknya saat dia melempar kasar bunga yang dia pegang ke laut,atau melemparkannya dengan lembut,atau melepas kelopak bunga kertas itu dan menaruhnya ditangannya hingga angin membawanya satu persatu,bahkan terkadang jongkok dan melepaskan bunga itu dengan perlahan hingga ombak membawanya jauh.Semua itu terlihat indah dimataku.

Perempuan itu bunga desa dikampung kami,paras dan perilakunya yang cantiksudah tersebar kekampung-kampung sebelah,banyak lelaki berlomba-lomba merebut hatinya,daritukang pikul ikan ,hingga anak kepala kampung.Tapi tak satu dari mereka yangmenarik perhatiannya.Bahkan,pernahseorang doktermuda dariibukota yang ditugaskan menjadi dokter kepala di Puskesmas kampung kamiyang tertarik akan kecantikan perempuan itu.Para ibu-ibu,remaja putri,anak kecil,bahkan para kaum adam yang nongkrong diwarung kopi,atau para nelayan yang menanti umpan mereka disambar ikan,membicarakan mereka.Seantero kampung yakin bukan kepalang kalau perempuan itu pastimenerima kalau-kalau langsung dipinang oleh dokter yang berkulit putih,baik hati,ramah,dan ganteng itu.Pernah beberapa kali ada yang melihat mereka berdua duduk berdampingan menikmati senja di tepi pantai.Dan keyakinan semua orang sudah menjadi-jadi termasuk aku.Cepat atu lambat janur kuning akan melengkung.Bunga desa bersanding dengan dokter ganteng dari ibukota.Hingga beberapa hari kemudian kami sekampung dikejutkan dengan berita kalau besok sang dokter akan pulang ke ibukota,dengar-dengar cintanya ditolak oleh perempuan itu.Sekampung berkerumun didepan Puskesmas melihat sang dokter yang ganteng untuk terakhir kalinya.Dengung celoteh ibu-ibu berhenti kala sang dokter keluar dari puskesmas dengan senyumyang sama saat pertama kali menginjak kampung kami.Dengan sopan mohon pamit dengan menyalami kami satu persatu,dan tak satu pun dari antara kami yang bertanya perihal apa yang menyebabkan sang dokter kembali ke ibukota.Kami hanya terdiam dalam haru,begitu sosokyang ramah dan baik hati itu menghilang dibawa mobil sewaan kepala desa.

“Bodoh,masa dokter seganteng dan sebaik itu pun ditolaknya? Heran aku?”

“Iya,padahal sudah jelas masa depannya gak akan susah nantinya”

“Anak kepala kampung tetangga saja dia tak mau”

“Bisa-bisa perawan tua dia itu”

Ibu-ibu sibuk bergunjing sepanjang perjalan menuju rumah masing-masing selepas perpisahan dengan sang dokter.Sama seperti aku yang sibuk dengan pemikiranku sendiri tentang perempuan itu.Perempuan secantik dia sangat pantas bersanding dengan dokter muda yang terpandang di kampung kami ini.Kenapa dia menolak? Apakah dia sudah mempunyai calon suami? Tapi aku tidak pernah mendengar hal seperti itu dari ibu-ibu yang suka bergosip di warung Pak De.Apa yang dia cari? Aneh. Kalau saja aku yang jadi dia,tak kusia-siakan cinta dokter muda yang ganteng itu.Aku tersenyum geli dengan pikiranku yang ngawur.

Matahari terik sekali siang ini,langkahku bergegas ,tak ingin si raja siang membakar kulitku yang sudah cukup terbakar akibat menjemur ikan asin kemarin.Aku menenteng tas sekolahku dipundak kananku dan tangan kirikumenggenggam botol plastik kosong. Dikejauhan,di warungPak De ramai orang berkumpul.Rasa ingin tahuku menyeruak melewati ubun-ubunku.Aku berlari menuju keramaian itu.Dan mulai menyimak pembicaraan ibu-ibu itu.Ternyata benar-benar sebuah berita yang sangat mengejutkan!. Perempuan itu besok menikah!!.Begitu aku yakin kalau penyebab keramaian itu adalah hal bahwa perempuan itu besok menikah.Aku menyingkir dari keramaian itu.kembali melanjutkan perjalanan pulang.Dia besok menikah.Siapa laki-laki itu? Beruntung sekali dia. Aku kembali mengira-ngira siapa laki-laki itu.Aku mengingat-ingat siapa-siapa yang yang menaruh hati padanya.Kumungkinan salah satu dari mereka.Tapi pemikiranku itu terpatahkan karena mereka itu semua sudah ditolak olehnya.Lalu siapa dia?.Kenapa perempuan itu penuh dengan rahasia? Aku begitu penasaran oleh sosok perempuan berambut panjang itu.Dia memang cantik,seperti malaikat.Dia memang jarang berbaur dengan perempuan seumurannya,dia kebanyakan dirumah.Tapi kalu berpapasan dengannya dijalan dia pasti selalu menyapa,dengan pandangan yang ramah dan senyum yang indah.Tidak ada tanda-tanda kalau dia itu perempuan sombong,sifatnya memang begitu.Benar-benar seorang perempuan.Pujiku dalam hati.

Keesokanharinya minggu kedua bulan Maret,untuk pertama kalinya aku mengetahui sisi lain dari perempuan itu.Dengan rok dan kemeja kesukaanku aku melenggang menuju perhelatan akbar dikampung kami,begitu menurutku.Diperjalanan aku bertemu remaja-remaja seusiaku dengan tujuan yang sama.Aku membayangkan betapa meriahnya acara pernikahan perempuan tercantik di kampungku itu.Yang hingga akhirnya bayangan itu buyar begitu aku melihatkediaman sang pengantin.Rumah kecil sederhanadengan halaman yang luas ,dihalaman itu didirikan tenda biru dengan kursi plastik untuk menampung tamu yang diundang bahkan yang tidak diundang seperti aku ini.Dan sepertinya tenda biru itu terlalu kecil untuk menampung tamu yang setiap jamnya semakinbertambah saja. Hingga sebahagian rela berdiri dan kepanasan untuk melihat pernikahannya.Pernikahan yang sederhana.Dan aku cukup beruntung mendapatkan kursidiantara ibu-ibu yang selalu bergosip ria.Aku yangsedari tadi sibuk dengan pemikiranku,memasang telinga lebar-lebarbegitu apa yang mereka bicarakan tentang perempuan itu sungguh tidak kuduga.Jantungku berdebar mendengar setiap kalimat yang diucapkan ibu berlipstik tebal yang duduk persis disampingku.

“Dia itu tidak punya bapak dan ibu,yatim piatu.Ayahnya melaut sampai sekarangtak pulang-pulang,kemudian disusul oleh ibunya,meninggal sewaktu persalinan melahirkan dia.Dia diasuh dan dibesarkan oleh seorang perawan tua,tetangga mereka sampai saat ini.”

Sungguh menyedihkan. Dibalik parasnya yang cantik dan senyumnya yang indah,ada duka yangtak tanggung-tanggung yang dia simpan seorang diri.Dia tumbuh dan besar tanpa menikmati air susu ibunnya,tanpa pelukan ayahnya,tidak ada nyanyian nina bobo untuknya,tidak ada berlari-lari dipinggir pantai dengan ombak yang menampar lembut kaki bersama ayah dan ibunya,sepertiyang kerap sekali aku lakukan sewaku aku masih kecil.Aku semakin kagum olehnya.Dia tak hanya cantik tapikuat dan tangguh.

Tiba-tibaobrolan ibu-ibu itu berhenti.Pasangan pengantin menduduki singgasananya.Perempuan itu sangat cantik dengan kebaya merahnya wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tak terkira.Pria disampingnya dengan kemeja merah dibalut dengan jas hitam gagah mempesona,kulit coklat sempurna,mata setajam mata burung elang,jauh disana ada kesejukan dan kedamaian.Senyumnya menenangkan.Kulihat tangannya menggenggam penuh tangan perempuan itu.Pria itu cocok untuknya ,menjadi pelindungnya.Sesekali kulihat pria itu tersenyummenyalami tamu.Senyum yang mempesona.Laki-laki itu ganteng,lebih ganteng daripada dokter muda itu.Aku jadi tersenyum sendiri. Pekerjaannya apa ya kira-kira? Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba ibu yang duduk disebelahku nyeletuk.

“Gak beda jauh samaIbunya,,,,”

Ibu –ibu yang yang masih terpukau oleh pesona sang pengantin memandang ibu disebelahku dengan heran.Ibu itu hanya santai saja menjawab.

“Iya,ibunya kan kawin sama nelayan,si Samsul itu juga nelayan dari kampung sebelah,gak jauh beda kan?”

Aku termenung mendengarnya.Jangan sampai hal yang sama terjadi padanya,duka dia sudah sungguh sangat dalam.Doaku untuknya.Aku beranjak dari kursikudan bergabung dengan teman-temanku yangyang mulai menikmati hidangan lezat sederhana yang tersedia di meja sebelah kanan tenda biru itu.Entah Cuma perasaanku saja,aku merasa semua bahagia untukperempuan itu.Termasuk aku yang tidak bisa menahan senyum kala mataku tertuju kepada pasangan bahagia didepan itu.

Belakangan ini,aku sering melihat mereka berjalan-jalan menyusuripinggir pantai,menikmati senja dengan warna oranye kuning keemasan menjemput sang dewi malam.Merasakan riak ombak kecil menggapai-gapai kaki mereka,angin yang mendesau mesra ditelinga,aroma laut yang bersahabat di hidung.Kebersamaan yangromantis seiring pertumbuhan janin yang ada di perut perempuan itu.Seperti senja kali ini,bersama kekasih hati dan calon bayi diperutnya,mereka hanya berdiri diam ditepi pantai itu.Rambut perempuan itu melambai-lambai di belai angin.Dan pria itu sesekali membelai lembut perut perempuan itu,dan membisikkan sesuatu.

“Nak,disinilah rumahmu.Perkampungan kecil ditepi pantai dengan bau ikan asin dari dapur-dapur berasap,dengan nyiur pohon kelapa yang melambai-lambai disetiap tepi pantainya,dengan pasir putih yang akan menyentuh lembut kakimu saat kau mulai belajar menapakkan kakimu selangkah demi selangkah.Birunya air laut yang nanti akan kau coba selami dan langit dengan awan-awan yang beragam bentuknya yang akan menemani tidur siangmu.Engkau akan tumbuh besar dengan semua itu.Dengan semua kekayaan alam yang Tuhan berikan untukmu.Nak, dengar deburan ombak yang menabrak karang ,desau angin,mereka itu sabar menantikan kau lahir kedunia ini.Nak,sabar diperut ibumu ya sebelum waktunya tiba.”

Perempuan itu tersenyum saat suaminya melantunkan kata-kata itu untuk janin diperut.Begitu senja berganti malam mereka berdua meninggalkan pantai dengan obrolan ringan.

Hingga pertengahan Juli,menjadi awal dari kesengsaraan tak berujung bagi perempuan itu.Malam itu Samsul harus melaut menggantikan ayahnya yangjatuh sakit,ia tak bisa menolak karena ayahnya adalah kepala daripara nelayan yang harus melaut malam itu.Sementara istrinya diusianya kandungannya yang memasuki bulan empat tidak mau ditinggal sendiri.Dia duduk di kursi kayu diteras rumahnya menatapwajah suaminya yang tengah dilanda kebingungan.

“Bang,aku gak mau ditinggal sendiri,mas Ikbal saja yang menggantikan bapak?” pinta perempuan itu.

Samsul tahu betul apa yang dikhawatirkan istrinya itu.Tapi dia tidak bisa menolak panggilan hidupnya,sekarang waktu yang tepat membuktikan bahwa dia mampu menjadi seorang nelayan handal.Meggantikan posisi bapaknya,merupakan kehormatan buatnya.

“Cuma malam ini dik,besok abang pasti pulang,abang janji”

Perempuan itu menangis.Begitu kerasnya hati Samsul untuk tetap melautmalam itu.

Bersama angin malam dan sejuta keyakinan Samsul pasti pulang.Demi cinta restu, alam semesta teriringidoa nan syahdu,perempuan itu mengizinkan Samsul melaut.Malam itu laut sangat tenang,ombak beraturan mengejar pantai,langit tidak menunjukkan tanda-tanda akan ada badai malam itu.Perempuan itu sedikit tenang dengan cuaca yang tampak bersahabat.

Dalam tidurnya perempuan itu berimpi Samsul pulang dengan tangkapan yang berlimpah,ikan-ikan segar memenuhi kapal ,Samsul berlari memeluknya dengan kantongan putih ditangannya berisi ikan kecil berwarna-warni,”untuk anak kita nanti dik”.Dilanjutkan dengan persalinan perempuan itu,dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat ganteng seperti Samsul.Tapi anehnya saat bidan hendak menyerahkan bayi yang baru dimandikan itu kepadanya,Samsul buru-buru merebut bayi itu,dengan senyumnya dia membawa pergi bayi yang baru saja dilahirkannya.Perempuan ituterkejut .

“Bang ,mau kemana?” Tanya perempuan itu

Samsul hanya berlalu bersama anaknya.

“Bang?!!!”Teriak perempuan itu turun dari tempat tidur.

Tapi samsulsemakin mempercepat langkahnya.

Perempuan itu mencoba mengejar Samsul,dengan tertatih-tatih menahan sakit diselangkangannya.Tapi Samsul lebih cepat ,angin sepertimembawa mereka menuju pantai .Perempuan itu mencoba berlari sekencang yang dia mampu,mengabaikan pahanya yang mulai dialiri darah segar.Samsul berhenti persis di tepi pantai tempat mereka biasa menikmati senja,berbalikmenatap perempuan itu.Dan kemudiansesuatu yangmenakjubkan terjadi didepan mata perempuan itu.Samsul dengan bayi laki-laki di pelukannya menapaki air laut,menuju senja yang terindah yang pernah dia lihat.Sosok yang dia cintai sepenuh jiwa itu bersama buah hatinya yangbeberapa menit lalu baru saja lahir kedunia ini pergi menuju senja terindah,hingga sosok itu mengilang ditelan cahaya oranye kuning keemasaan .Perempuan itu tak mencoba mengejar Samsul.Dia hanya berdiri,berurai airmata.

Perempuan itu terjaga subuh jam empat,dia merasakan nyeri diperutnya,sambil memegangi perutnya,perempuan itu kedapur dan meminum segelas air.Dia mengelus-elus perutnya.

“Sebentar lagi bapak pulang nak,bisiknya pada janin yang diperutnya”

Dia kembali ketempat tidurnya,dan kembali rebahan.Hingga cahaya matahari merembes masuk melalui celah jendela,ia pun bangun.Dan bersiap-siap untuk menjemput Samsul kepantai.Tak sedikitpun dia gelisah dikarenakan mimpi yang semalam.Dia begitu yakin akan kepulangan suaminya.

Begitu sampai dipantai,terlihat keramaian yang tidak biasa,ratap tangis ibu-ibu menyebut nama suami masing-masing,anak-anak terisak-isak memanggil-manggil nama bapaknya.Perempuan itu berjalalan perlahan menuju keramaian sambil memegangi perutnya dengan rasa penasaran yang menjadi-jadi.Sebelum dia bertanya ada apa.Seorang ibu yang melihat perempuan itu langsung menuntunnya menjauh dar i keramaian.Perempuan itu mau tak mau mengukuti ibu yang menuntunnya.Mereka duduk dikursibambu didepan rumah Mpok Karsim.Perempuan itu dengangelisah menatap ibu tadi untuk memberi penjelasan.Ibu tadi dengan perlahan-lahan menjelaskan sebab musababkeramaian pagi ini ditepi pantai.

“Samsul dan teman-temannya semalam terkena badai,perahu mereka karam dihantam ombak,kebetulan sekali ada perahu mesin yang sedang melaut juga malam itu,jadi mereka bisa diselamatkan,mereka semua dalam perjalanan kemari,ada yang luka parah tapi tak tahu siapa yang terluka.Yang jelas mereka semua selamat dari badai ganas itu.”

Perempuan itu mendengar sambil menggeleng-gelengkankepala,airmatanya tumpah ruah.Bahunya terguncang-guncang menahanisak tangisnya.

“Yang terluka bukan Samsul kan Bu...?” Tanya perempuan itu penuh harap.

“Semoga saja bukan dia Nak” Ucap ibu itu menenangkan perempuan itu.

Matahari semakin tinggi tapi yang ditunggu tak kunjung datang ,para ibu-ibu dan anak-anak sudah kembali kerumah masing-masing.Tapi dia tetap menunggu diterikmatahari yang semakin menyengat,mata perempuan itu tak lepas memandang ke laut lepas sambil sesekalimengelus perutnya yangterasa sakit.

“Dia pasti pulang” bisiknya pada dirinya sendiri dan juga pada janin diperutnya.

Perempuan itu hanya duduk dalam diam,pandangannya kosong,terbayang mimpi yang semalam membuatnya terjaga hingga dia merasakan sesuatu mengalir dari selangkangannya.Perempuan itu memeriksa bagian bawahnya,wajahnya langsung pucat pasi mengetahui cairan kental berwarna merah itu mengalir dari kemaluannya,dia menyeka cairan dikakinya itu dengan tangannya,cairan itu masih mengalir,perempuan itu bingung.Air matanya mulai membanjiri pipinya.

“Tuhan,aku kenapa?!” Dia mulai panik

Dia beranjak darikursi bambu itu,meringis menahan sakit,memegangi perutnya sang semakin sakit tak tertahankan,dia mencoba berjalan semampunya.Seorang ibu yang sedang menjemur ikan asin melihat perempuan itu langsung menghampirinya,dan membantunya.

Terlihat dipuskesmas ibu yang membantu perempuan tadi duduk diruang tunggu,sementara bidan menangani perempuan yang mengalami pendarahan hebat itu.Dikejauhan seorang perempuan tua renta,tregopoh-gopoh menuju Puskesmas itu.Emaknya perempuan itu,yang merawat dan membesarkan perempuan itumemasuki Puskesmaswajahnya yang tua keriput itu diselimuti cemas yang luar biasa.Tanpa bertanya,ibu yang menunggu itumembisikkan kepada emak.

“Pendarahan parah,sepertinya keguguran”

Emak yang mendengar itu,melorot dikursi kayu disamping ibu tadi.Tak bisa berkata-kata lagi.Dan perkataan ibu tadi dibenarkan oleh bidan yang baru saja keluar dari ruangan prakteknya sambil menggelengkan kepala.

Tidak jauh dari Puskesmas,perahu mesin yang sedari tadi ditunggu akhirnya tiba,satu persatu dari mereka yang melaut bersama Samsul semalam, keluar dari perahu,dan terakhirpria-pria berbadan tegap yang menyelamatkan mereka sewaktu badai itu,keluardengan menggotongsesuatu yangditutupi terpal biru,keluarga Samsul berteriak histeris kala melihat sosok yang terbujur kaku yang ditutupi terpal biru itu.

Perempuan itu menangis dalam diam.Pilu melihat tubuh kecil mungil yang masih merah dibalut kain putih,dan suster itu membawanya lalu dari pandangannya.Emaknya menghampirinya dan memeluk perempuan itu,mereka berdua menangis tanpa berkata-kata.Tak ada yang bisa dikatakan.Hingga Perempuan itu tersadar.

“Mak,Samsul sudah pulangkah?”

“Sudah,...” kata-kata itu meluncur saja keluar dari mulut emak ,sebenarnya emak belum mendapat kabar dari Pak De.

“Ayo pulang mak?”Pintanya

“Sebaiknya istirahat saja dulu,kondisimu belum pulih benar nak?”

“Aku mau bertemu Samsul mak” tegasnya sambil beranjakdari tempat tidur

Emak tak bisa menolak,setelahberdebat sebentar dengan ibu bidan yang mengkhawatirkan kondisi perempuan itu,dia baru saja trauma pasca keguguran,ada baiknya istirahat dulu.Tapi kerasnya hati perempuan itu tetap meminta untuk pulang.Dan ibu bidan hanya bisa mengiyakan.

Pelan-pelan kedua perempuan berbeda umur itu melangkah setapak demi setapak.

Begitu sampai dirumah,perempuan itu menyadari tidak ada tanda-tanda bahwa suaminya berada di rumah,mimpi yang membuatnya terjagasubuh tadi memenuhi pikirannya.Jiwadan tubuhnya sudah lelah,airmatanya kembali membanjiri pipinya.Seorang ibu tergopoh-gopoh menghampiri anak beranak itu,ibu itu membisikkan sesuatu ketelinga emak,seketika wajah emak putih bagaikan kapas,emak hampir terjatuh,untung ibu itu langsung memapah emak kekursi bambu diteras sumah perempuan itu.Perempuan itu memandang ibu itu dengan tajam,marah,sedih luar biasa,akal sehatnya spertinya sudah menguap.

“Mana suamiku?!!!”teriaknya kepada ibu itu

Ibu itu dan emak tak bisa menjawab,mereka malah menangis bersama berpelukan.

“Sabar ya nak,semua ini cobaan dari Tuhan” ujar emak tersendat-sendatberanjak dari kursi bambu itu,berusaha meraih perempuan itu kepelukannya.

“Tidaaaaaaaaaaakkkkk!!!!!!!!!! ,,,, Samsuuullll!!!! Jangan tinggalkan aku sendiri!!!!”Teriak perempuan itu sejadi-jadinya.

Tanpa diperintahkan kakinya berlari sekencang mungkin yang dia mampu,kakinya yang telanjang tak menghiraukan kerikil-kerikilyang menyakiti telapak kakinya,dia berlari dalam dukanya dan airmata untuk cinta sejatinya.

Kerumunan orang-orang berbaju hitam di depan rumahmertuanya,dengan airmata dipelupuk mata .Terengah-engah,perempuan itumendekat perlahan,semua yang ada disana membukakan jalan untuknya.Perempuan itu melangkahkan kakinya, pandangannya menatap lurus pada sosok pria yang terbujur kaku ditengah ruangan itu,sosok yang dia cintai dalam hidup dan matinya,cinta sejatinya,suami tercinta.Airmata itu kembali jatuh dengan derasnya,dia duduk disamping kanan Samsul,dalam hitam pekat dukanya membelai lembut wajah Samsul.

“Bang,inikah takdirku? Tumbuh besar tanpa kedua orangtua,bahagia hanya sekejap saja memelukku bang,aku gak kuat bang,,bawalah aku bersamamu bang,,supaya kita bisa bersama,bertiga dalam surga,,bang,,,kenapa begini??”Ratap perempuan itu.

Penduduk sekampung menangis untuk perempuan itu,untuk kisah hidupnya,untuk kehilangannya.

Senjaitu Samsul dimakamkan.Hujan turun sangat deras,petir menyambar-nyambar,ombak besar bergulung-gulung di pantai.Tak ada cahaya oranye kuning keemasaan senja itu,langit hitam kelabu menutupi cahaya senja,alam semesta berduka untuk kehilangan dua jiwa hari itu.

Perempuan itu dengan jiwa yang kosong,duka mendalam ,tubuh berbalut kain hitam,berdiridiam di tepi pantai itu,layaknya menanti senja mengembalikan cinta dan bahagianya.

Perempuan itu,Sekar Ayu Mayasari , perempuan cantik nan indah berbalut duka mendalam menanti senja disetiap harinya di pantai dekatrumahku.

***

Untuk duka,dan kehilangan yang menjadi cambuk, untuk kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh

Untuk kebahagiaan yangtak pernah abadi selama kaki masih berpijak pada bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun