Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hatiku Bukanlah Sebatang Pohon

29 November 2014   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalaulah boleh, aku ingin mempunyai hati seperti pohon. Pohon yang kokoh dengan cabang dan ranting yang menggapai langit biru. Yang beberapa daun gugur-melayang dipermainkan angin-lalu jatuh mencium tanah. Beberapa daun muda mulai terlihat di pucuk ranting, dan beberapa daun tetap melekat, sampai nanti waktunya untuk luruh berganti dengan daun yang baru.

Jika hatiku adalah sebatang pohon, maka daunnya adalah kenangan. Kenangan lama digantikan oleh kenangan baru dan beberapa  kenangan yang indah kuharap setia melekat pada ranting hatiku.

-

Hatiku hanyalah pohon kecil. Dengan daun-daun hijau yang jarang, yang selalu tepat waktu berganti dengan daun yang baru. Dengan begitu aku dapat memantau keadaan daun-daunku. Aku bisa dengan cepat mengetahui daun di ranting mana yang gugur dan daun di cabang mana yang sedang tumbuh.

Dan, kamu tahu, terkadang apa yang aku inginkan cukup hanya sebatas keinginan. Seperti hatiku dan pohon dengan daun-daun kenangan.

Dia melihatku, dia menyalamiku, dia memberikan senyumnya padaku. Tidak hanya sampai disitu. Dia memberikan apa yang seharusnya sebuah pohon butuhkan, air yang cukup, sinar matahari, dan pupuk yang bagus.

Pohon itu pun tumbuh subur, berdaun lebat, dan berbunga. Kamu tahu?  Bunganya berbentuk hati. Daun-daun yang gugur dengan cepat digantikan oleh daun muda yang segar. Ranting dan cabangnya semakin kuat dan batangnya semakin kokoh dan besar.

Jika aku  boleh meminta, aku ingin dia yang selalu merawatku. Tapi seperti inginku dulu, pintaku pun cukup hanya sebatas pinta. Dia pergi.

-

Lalu daun-daun itu berguguran, beberapa ranting rapuh dan patah. Tinggallah batang dan ranting saja. Dan aku pun bernyanyi sambil sesekali menyiraminya dengan airmataku, biar daun yang baru tumbuh, biar kenangan baru tercipta.

Tapi hatiku adalah hati yang menyimpan semua kenangan. Siapa yang datang, siapa yang pergi, dan siapa yang bertahan, cerita tentangnya akan selalu tersimpan. Aku tidak bisa meminta satu kenangan pergi begitu saja karena kenangan itu tercipta bersamaku. Aku adalah kenangan, Aku  adalah sebuah kisah dan hatiku bukanlah sebatang pohon yang daunnya  berguguran.

-

Tulisan ini diikutkan dalam Even Surat-menyurat yang diadakan Fiksiana Community dalam rangka memperingati Hari Surat-menyurat Sedunia 09 Oktober 2014 lalu. Dan fiksi ini dituliskan khusus untuk sahabat pena saya Bapak Nuzulul Arifin di Mojokerto.

Sumber gambar: http://us.123rf.com/450wm/kudryashka/kudryashka1201/kudryashka120100090/12016565-valentine-tree-with-hearts-for-your-design.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun