Mohon tunggu...
Conita Sabila Salman Baisa
Conita Sabila Salman Baisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sosiologi Fishum UINSUKA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Fenomena FOMO dalam Keikutsertaan Konser Musik di Kalangan Remaja dengan Actor Network Theory Bruno Latour

30 Oktober 2023   12:24 Diperbarui: 30 Oktober 2023   12:53 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu yang lalu, saya menghadiri salah satu konser musik penyanyi-penyanyi Indonesia yang cukup terkenal. Saya mengamati diantara partisipan yang hadir bahwa konser musik ini didominasi oleh remaja. Saat acara baru dimulai semua orang yang hadir sangat bersemangat terlebih lagi saat para penyanyi muncul, semua orang langsung dengan sigap mengeluarkan handphone masing-masing untuk merekam dan mengambil gambar. 

Lalu masuk pada saat para penyanyi membawakan lagu, saya cukup heran dengan orang-orang yang hadir karena banyak dari mereka yang sama sekali tidak menyanyikan lagunya hanya merekam saja, lalu saya mendengar beberapa diantara mereka saling bertanya "kamu tahu lagunya?" dan yang lain menjawab "ngga", tetapi tidak semuanya begitu misalkan di satu kelompok berisi 5 orang yang mengetahui lagu-lagu dari penyanyi tersebut hanya 2-3 orang sedangkan yang lainnya tidak. 

Di pertengahan acara, banyak dari peserta yang hadir malah duduk dan bermain ponsel sendiri serta terlihat sangat tidak bersemangat. Saya kemudian melihat fenomena FOMO (fear of missing out atau kecemasan akibat tidak mau tertinggal) ini sangat marak terjadi di kalangan masyarakat, baik yang saya lihat di kehidupan nyata maupun di sosial media. 

Bagi saya pengalaman ini merupakan contoh tentang teori actor-network dari Bruno Latour, karena permasalahan sosial itu tidak hanya terjadi karena jaringan hubungan individu (kelompok, organisasi, atau institusi) tetapi juga bisa tentang non-individu (objek, teknologi, dan gagasan).

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Saya mengetahui teori actor-network Bruno Latour dari buku Teori Sosiologi Modern (2004). Di sini disebutkan bahwa teori actor-network ini bukan hanya teori sosial saja namun juga tentang "teori tentang ruang yang cair yang berputar di situasi modern", yang mana dapat diartikan bahwa teori ini sangat relevan untuk digunakan dalam masa apapun. 

Latour juga menyebutkan, pada dasarnya aktor itu tidak dapat dipahami terlepas dari jaringan di mana mereka berada dan menjadi bagian darinya, sesungguhnya aktor dan jaringan adalah "dua wajah dari fenomena yang sama". 

Dalam konteks ini, aktor dianggap sebagai sesuatu yang memiliki kemampuan untuk bertindak dan mempengaruhi (dapat berupa manusia, objek, teknologi, bahkan gagasan), lalu jaringan diartikan sebagai hubungan yang terjalin antar aktor-aktor tersebut dan membentuk sebuah koneksi yang saling mempengaruhi satu sama lain. 

Menurut saya, hubungan antara aktor dan jaringan itu tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling melengkapi, dimana aktor memiliki eksistensi apabila terlibat dalam jaringan, di lain sisi jaringan hanya bisa terbentuk karena adanya interaksi yang terjadi antar aktor. Dalam konteks FOMO terhadap konser musik di kalangan remaja, kita bisa melihat fenomena ini melalui teori actor-network dengan:

  • Melihat aktor yang ada didalamnya terbagi menjadi 2, aktor individu dan aktor non-individu. Dalam fenomena ini, remaja yang mengalami FOMO terhadap konser musik adalah aktor individu utama dalam jaringan ini, dimana mereka mengalami rasa kecemasan dan takut yang diakibatkan karena merasa tertinggal atau kehilangan pengalaman dan momen yang dianggap penting dan menarik, juga bisa dikarenakan hanya ikut-ikutan kelompoknya agar tidak terlihat tertinggal. Lalu berbagai aktor non-individu juga berperan penting dalam membentuk fenomena ini, misalnya peran teknologi dan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Tiktok yang menyuguhkan dokumentasi konser yang menarik, teknologi semacam ini yang mendukung penting dalam mempengaruhi fenomena FOMO dengan mempertunjukkan pengalaman seru dan menarik dari konser musik yang dihadiri oleh orang lain. Pada pengalaman saya kemarin juga, orang-orang yang FOMO mengikuti konser musik ini dikarenakan tiket konser yang dijual dengan harga murah dan diskon besar-besaran, lalu juga remaja juga hanya ingin flexing di sosial media untuk menunjukkan dirinya up to date, dan juga pembagian merchandise yang menarik, hal-hal seperti inilah juga dapat mempengaruhi remaja lainnya untuk ikut serta dalam konser tersebut.
  • Melihat jaringan hubungan di dalamnya antara aktor individu dan non-individu saling mempengaruhi. Remaja yang mengalami FOMO dapat dipengaruhi oleh konten di media sosial yang mereka lihat, seperti postingan teman-temannya yang berada di konser musik, juga bisa dengan pengaruh lingkungan sekitarnya yang mengajaknya untuk mengikuti konser tersebut, bisa juga dikarenakan promosi tiket yang murah, dan pembagian merchandise yang menarik. Dari banyaknya remaja yang tertarik mengikuti konser musik tersebut, media atau instansi, dan penyanyi yang mengatur konser musik itu akan mendapat manfaat yang besar dari partisipasi remaja, dan mereka mendapat kenaikan popularitas memalui berbagai konten yang diunggah para partisipan.

Jadi, fenomena FOMO di kalangan remaja terhadap keikutsertaan pada konser musik ini dapat dipahami dengan teori actor-network Bruno Latour. Remaja sebagai aktor individu mengalami rasa kecemasan dan takut tertinggal apabila melewatkan pengalaman menarik dari konser musik. Teori actor-network berguna sebagai cara untuk menafsirkan bukan hanya tentang apa yang aktor-aktor tersebut lakukan, tetapi juga bagaimana dan mengapa mereka melakukan hal tersebut.

Teori actor-network ini diperkenalkan oleh Bruno Latour, beliau adalah seorang filsuf, antropolog, dan sosiolog. Ia lahir pada 22 Juni 1947 di Beaune, Prancis dan meninggal pada 9 Oktober 2022 di Paris, Prancis. Latour memulai pendidikannya di bidang filsafat dan theology, namun ia kemudian memiliki minat ke antropologi dan filsafat sains dan teknologi, lalu akhirnya ia meraih gelar doctor filsafat dari Universitas Tours pada tahun 1975. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun