Kami memijakkan kaki di stasiun terbesar dan bersejarah di kota Surakarta. Stasiun yang merupakan salah satu sisa masa kejayaan keraton Mangkunegaran tersebut terletak di Jalan Wolter  Monginsidi no. 112. Tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api ini memiliki penamaan yang unik dan kerap kali membuat banyak orang bertanya-tanya apakah makna dibalik penamaan tersebut. Nama 'Solo Balapan' disematkan pada stasiun yang awalnya memiliki nama stasiun Solo tersebut dikarenakan pada zaman dulu, tidak jauh dari stasiun terdapat lokasi pacuan kuda untuk balapan.Â
   Memasuki stasiun, kami membeli tiket di loket lalu memasuki ruang tunggu. Suara informasi dari announcer menyambut kedatangan kami di ruang tunggu. Suasana ramai yang dihasilkan oleh para pengunjung bercampur dengan suara kereta api membuat suasana ini menjadi suasana khas stasiun yang dirindukan. Belum lagi bau roti yang harum menyergap indra penciuman kami, seakan akan kami dibawa ke awan.Â
   Sembari menunggu kereta, para pengunjung bisa duduk di kursi kursi yang sudah disediakan oleh pihak stasiun. Kursi-kursi berwarna cokelat tua yang disusun berjajar terlihat empuk dan nyaman untuk diduduki dengan pemandangan hilir mudik kereta api yang bergantian mengantarkan penumpang. Di langit-langit ruang, terdapat layar LED yang memuat informasi mengenai jadwal dan di lajur berapa kereta datang nantinya.Â
   Suasana panas nan ramai tak membuat para penumpang yang sedang menunggu merasa tak nyaman karena pihak stasiun menyediakan kipas angin yang mampu menyejukkan udara dan membuat nyaman para penumpang yang sedang menunggu. Di jalur sebelah kiri setelah kipas angin, kami menemui wastafel yang terbuat dari batu dan keran berwarna silver yang siap untuk dipergunakan untuk mencuci tangan.Â
   Bagi para penumpang yang ingin mengisi waktu menunggu dengan bekerja atau mengerjakan tugas, disediakan area bekerja dengan fasilitas stop kontak yang mendukung. Bukan hanya tersedia satu, namun untuk mendukung kenyamanan para penumpang, pihak stasiun juga menyediakan banyak stop kontak dan kipas angin yang tersebar di beberapa titik yang sudah ditentukan. Setelah melewati area bekerja, kami kembali disambut oleh kursi tunggu berwarna silver yang ditata berjajar saling berhadapan satu sama lainnya. Kursi yang berhadapan berjumlah cukup banyak hingga tersisa hanya sejajar kursi yang berhadapan dengan kedai-kedai yang menjual makanan, minuman, pernak pernik maupun barang-barang yang diperlukan oleh para penumpang.Â
   Warna dominan putih yang sudah mulai menua mampu memberikan ketenangan bagi semua yang melihatnya, tak terkecuali para penumpang. DItambah dengan adanya ornamen-ornamen yang menonjol mampu menjadi daya tarik tersendiri. Tidak hanya itu, tak jauh dari ornamen adapula lukisan yang dengan sekali lihat dapat membuat para penumpang tertarik untuk melihatnya bahkan berswafoto di depan lukisan tersebut.Â
   Berjalan menyeberang peron melewati beberapa jalur yang digunakan untuk kereta berhilir mudik mengangkut dan menurunkan penumpang. Para penumpang tidak perlu khawatir tersesat atau salah kereta karena di stasiun ini terdapat banyak sekali papan pengumuman baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang dapat membantu para penumpang. Papan keterangan dengan bertuliskan keterangan jalur 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan letak jalur kereta. Papan ini terpampang jelas dengan warna kuning mencolok membuat para penumpang tidak perlu bingung mengenai letak jalur kereta mereka nantinya.Â
   Tak jauh berbeda dengan apa yang ada di peron sebelumnya, tentunya berisi kursi-kursi yang ditata berjajar secara berhadap-hadapan dan tak jarang mampu untuk memberi kawan baru. Keberadaannya yang memojok, tidak membuat toilet dan mushola terasa sepi. banyaknya orang yang berlalu-lalang dengan keperluannya masing-masing membuat hawa terasa panas. Hal itu tidak dikhawatirkan oleh para penumpang karena mereka mendapatkan hawa sejuk yang berasal dari kipas angin.Â
   Menyusuri peron di daerah ini, kita dapat menemui banyak ruangan yang menempel pada dinding. Di samping mushola, terdapat pos kesehatan, ruang menyusui, dan loker lose and found yang sangat mendukung kenyamanan para penumpang sembari menunggu. Mencium harum kopi yang semerbak, tidak afdol jika ke stasiun namun belum merasakan harumnya makanan dari kedai-kedai yang ada seperti Roti 'O yang sudah tidak asing di telinga para pembaca. Uniknya, bagi para penumpang yang membawa anak usia balita tidak khawatir anaknya akan kebosanan ketika menunggu kereta. Hal itu bisa terjadi karena terdapat area bermain dengan berbagai permainan yang cocok untuk anak berusia balita. Warna alas dan pagar yang mencolok, mampu memikat hati anak-anak untuk melihat dan bermain di area bermain ini.Â
   Berbelok ke kiri, menyusuri peron jalur 5 dan 6 yang merupakan jalur untuk kereta api jarak jauh. Kursi-kursi yang ditata berjajar menyamping menghadap jalur kereta membuat para penumpang dapat menikmati waktu menunggu dengan melihat kereta yang berlalu-lalang. Sembari menunggu, disediakan juga berbagai kedai makanan dan minuman yang terletak di belakang kursi tunggu dan menghadap ke arah jalur kereta. Dengan sesekali terdengar suara merdu informasi, membuat terasa betah berada di stasiun dan perjalanan menyusuri stasiun ini akan selalu dikenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H