Mohon tunggu...
Okia Prawasti
Okia Prawasti Mohon Tunggu... Content Writer -

Interested in movies, lifestyle, fashion, popular news and complicated relationship.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fenomena Gangguan Makan, Menjadi Cantik (Tak) Harus Menyakitkan

4 Mei 2018   09:34 Diperbarui: 4 Mei 2018   09:44 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Body shaming, istilah yang sedang populer dan berceceran di sosial media bisa menjadi pemicu utama timbulnya tekanan secara psikologi tentang penampilan ideal impian semua perempuan. Asumsi yang telah dipercaya sejak lama, tubuh cantik yang ideal adalah yang langsing atau kurus dengan kulit bersih dan mulus. Lalu, di era sosial media saat ini, dengan kemudahan memberi kritik dan komentar, banyak orang yang melayangkan kritik pedas terhadap orang lain terkait dengan asumsi tubuh ideal tersebut.  

Body shaming merupakan sebuah bentuk tindakan bullying/mengejek bagian tubuh seseorang atau diri sendiri serta memiliki dampak yang cukup berbahaya. Selain dapat menjadi faktor penyebab depresi hingga bipolar disorder, tindakan body shaming menyebabkan munculnya kelainan psikis yang dapat berujung kepada penyakit lainnya. Gangguan psikis utama yang sering dialami oleh para korban body shaming adalah gangguan makan (eating disorder). Berikut beberapa jenis gangguan makan yang perlu diketahui;

(Baca Juga: Memulai Hidup Sehat Dengan Mudah)

Anorexia Nervosa

Gangguan makan Anorexia Nervosa ditandai dengan turunnya nafsu makan dengan sangat ekstrim, melakuan diet ketat dan olahraga secara berlebihan karena si penderita menganggap tubuh yang dimilikinya seakan tak pernah terlihat normal dan ideal di matanya.  Anorexia Nervosa juga dapat terjadi pada laki-laki meskipun telah lebih banyak terjadi pada perempuan. Penderita gangguan makan ini membatasi asupan makanan yang mereka konsumsi serta sangat memperhatikan komposisi, lemak dan kalori yang terkandung pada makanan, sehingga terjadi malnutrisi dan gangguan hormon yang berdampak buruk bagi kesehatan dan terjadinya Amenorrhea atau hilangnya periode menstruasi pada perempuan.

Bulimia Nervosa

Sedikit berbeda dengan Anorexia, Bulimia Nervosa merupakan gangguan yang ditandai dengan tindakan makan secara berlebihan. Si penderita tidak mampu mengendalikan periode makan serta porsi makanan yang mereka lahap. Mereka juga dengan mudahnya terpengaruh oleh komentar orang lain tentang bentuk tubuh mereka dan merasa bersalah karena telah melakukan over eating yang tak tertahan, sehingga mereka akan menggunakan obat pencahar, obat diet, memuntahkan makanan dan juga olahraga berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan. Perbedaannya dengan anorexia, penderita Bulimia tidak mengalami penurunan berat badan secara drastis.

Binge Eating Disorder

Binge Eating Disorder dapat diartikan sebagai aksi konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan. Penderita Binge Eating memakan makanan dengan jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Mereka memiliki durasi makan yang lebih cepat dari yang biasanya, akan terus makan sampai merasa benar-benar penuh dan kenyang meski pada awalnya tidak merasa lapar. Terkadang, mereka juga sengaja makan secara sembunyi-sembunyi karena merasa malu dengan kelainan makan yang mereka miliki namun sedikit berbeda dengan Bulimia Nervosa, meskipun dirundung stres karena mendengar komentar orang-orang mengenai berat badan, penderita Binge Eating kebanyakan enggan dan merasa sangat sulit untuk menurunkan berat badan. Oleh sebab itu sebagian besar penderita Binge Eating mengalami obesitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun