Berbagai prediksi muncul sebelum Aksi Super Damai dilaksanakan 2 Desember 2016. Â Ada yang memperkirakan akan terjadi aksi demo lebih besar dibandingkan aksi damai 411, namun juga ada yang memperkirakan hanya akan diikuti oleh ratusan ribu masa. Â Bahkan ada yang sesumbar bahwa aksi 212 akan diikuti tidak lebih dari 25.000 orang.
Disaat aksi terjadi, mulai terlihat mukjizat yang Allah berikan.  Banyak manusia tumpah ruah memenuhi silang monas.  Padahal sebelumnya sudah ada fatwa haram dari seorang tokoh, fatwa bid'ah dari seorang ulama, stigma makar dari polisi, tebar selebaran dari helikopter dan boikot transportasi dari aparat, eh tetap saja  peserta aksi membludak.Â
Masa yang datang dari berbagai penjuru tanah air tidak tertampung oleh lapangan yang ada.  Masa berjubel sampai bundarah HI, Patung Kuda dan Cempaka Putih.  Hampir semua media melaporkan bahwa masa yang datang lebih dari 4 juta orang.  Bahkan ada yang memperkirakan masa yang datang berkisar 7 juta orang.  Aksi Damai 411 yang sebelumnya disebut sebagai aksi terbesar, ternyata dapat dikalahkan oleh Aksi Super Damai 212. Jika ini aksi bayaran, berapa  triliyun harus dibayarkan?  Dan siapa yang bisa membayarnya? Allah Maha Pengatur.  Peserta aksi datang dengan biaya dari kantong pribadi masing2.   Â
Jutaan orang yang berkumpul dan berzikir di Aksi Super Damai 212 dilindungan Allah dari kepanasan. Â Awan seakan menggantung di langit Monas. Â Angin yang berhembus sepoi2 ikut memberikan kesejukan pada para peserta aksi. Â Tidak terlalu panas dan tidak terlalu sejuk. Â Keadaann ini menyebabkan peserta aksi tetap dalam keadaan segar dan tidak membutuhkan siraman air dari tangki seperti sering dilakukan pada konser2 besar yang mengumpulkan banyak orang
Padahal sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksi cuaca di DKI Jakarta akan cerah berawan di pagi dan siang hari pada Jumat 2 Desember 2016. Untuk suhu udara di Monas berkisar antara 23-33 derajat celsius dengan kelembaban udara 55 hingga 95 persen.
Mukjizat tidak hanya sampai di sini.  Disaat peserta aksi sulit mendapatkan air wudhu untuk Ibadah Shalat Jum’at di Lapangan Monas, mereka yang di atas panggung berdo’a, "Ya Allah kirimkan hujan supaya Bapak dan Ibu tidak repot antri untuk berwudhu".  Menjelang shalat dzuhur, hujan mulai deras.  Banyak jamaah berwudhu dengan air hujan.  Jika dengan tangki, berapa banyak tangki dan jumlah air yang harus disediakan?  Berapa lama waktu antri untuk berwudhuk?  Namun dengan hujan yang Allah turunkan, setiap peserta aksi dapat berwudhuk ditempatnya masing2 pada saat yang sama tanpa harus antri.
Hujan yang mengguyur deras kota Jakarta tidak menyurutkan ratusan ribu orang yang ikut aksi. Â Massa menggelar sajadah di jalanan aspal yang basah disekitar Monas hingga Bundaran HI. Â Meski basah kuyup, massa aksi tetap khusyuk mendengarkan khutbah dari Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab yang langsung dilakukan dari Silang Monas.
Ketika bubar aksi, para peserta aksi terlihat sabar dan tidak ada aksi dorong-dorongan. Â Mereka yang mengambil bagian aksi pembersihan tidak henti-hentinya berkeliling mengumpulkan sampah. Â Ribuan orang memunguti sampah sambil berbekal kantong plastik hitam besar. Â Selain itu, ratusan peserta juga nampak membersihkan dengan menyapu sampah-sampah yang berserakan. Sebagian lagi, memeriksa kantong sampah yang telah penuh agar langsung diangkut oleh petugas dari Dinas Kebersihan.
Bayangkan 4 juta lebih massa berkumpul di Monas dan sekitarnya. Begitu massa bubar, sampah juga ikut bersih. Teramat banyak orang yang berlomba-lomba memungut sampah. Ini sebuah restorasi sosial, bukankah selama ini masyarakat kita dikenal 'masa bodoh dengan sampah'? Belum lagi yang bagi-bagi makanan serasa di Nabawi.
Makanan dan minuman melimpah ruah di sepanjang jalan. Â Al Maidah itu artinya hidangan, Allah limpahkan al Maidah al Maidah melalui para donatur di sepanjang jalan. Â Para donatur membagikan nasi kotak serta air mineral kepada para peserta aksi. Â Peserta aksi dengan senyum sumringah mengambil air minum dan juga nasi boks yang telah tersedia di pinggir jalan. Â Adanya makanan dan minuman gratis ini dapat mengobati rasa lapar dan haus peserta aksi yang berjalan kaki dengan jarak lumayan jauh.
Inilah aksi bermartabat sepanjang sejarah dunia. Selama ini unjuk rasa identik dengan kekerasan dan kerusuhan. Nah, Aksi 212 dan Aksi 411 mengubah mindset pesertanya. Ramai tapi relatif damai dan tertib. Â Belum terdengar adanya aksi damai seramai ini dan sedamai ini didunia belahan manapun, sekalipun di negara maju yang mengaku demokratis. Â Kapolri saja mengakui, tak satu pun pohon tumbang. (Padang, Desember 2016)