Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Secangkir Aqua Plastik Bekas Menjadi Tiket Keluar Masuk Sekolah

10 Februari 2018   16:36 Diperbarui: 10 Februari 2018   19:35 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebersihan adalah tunjangan bagi kualitas individu, kelompok maupun komunitas lembaga/ institut.

Masalah sampah atau lingkungan yang tidak bersih di lingkungan suatu lembaga sekolah pendidikan /institut, sudah menjadi Brand Topik di setiap masalah yang ada di lingkungan sekolah pendidikan di Indonesia. Banyak cara agar menyelesaikan persoalan masalah lingkungan yang tidak sehat. Karena kebersihan merupakan nilai plus untuk suatu lembaga pendidikan /Institut dari berbagai pihak luar maupun pihak dalam. 

Salah satu upaya yang dilakukan oleh SMA NEGERI 1 SUNGAI ROTAN PROVINSI SUMATERA SELATAN untuk mengatasi kebersihan di lingkungan sekolah. Yakni sebelum siswa masuk ke dalam lingkup sekolah, siswa diwajibkan untuk membawa satu sampah satu siswa. Ini adalah hal yang baru dan wajar yang dilakukan oleh setiap lembaga sekolah. Di mana setiap paginya akan ada guru piket bersama anggota OSIS yang siap menunggu di gerbang untuk mengordinir siswa yang mengambil sampah sebelum siswa tersebut masuk kedalam lingkup sekolah, di lalukan setiap hari sebelum proses belajar mengajar dimulai. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Namum tatkala setelah proses belajar mengajar dimulai, siswa tidak diperbolehkan pulang sebelum mengumpulkan dan menyetor ke OSIS tiga cangkir AQUA bekas dan sampah plastik setelah itu diperbolehkan keluar dari gerbang sekolah. Di sinilah hal yang baru dan menariknya. Sistem ini bermula dari gagasan ibu Putri Aprilianti M. Pd pembina KIR yang di bantu oleh anggota OSIS,  mulai di terapkan pada hari Rabu 07 februari 2018 kemarin. Kegiatan ini dilakukan setelah rutinitas belajar mengajar di hari rabu dan hari sabtu saja. 

dok. pribadi
dok. pribadi
OSIS akan Standby di akses jalan masuk sekolah dengan beberapa tong sampah dan satu guru akan siap menunggu di gerbang sekolah.  Ini adalah strategi agar tidak ada satu siswa yang lolos dari peraturan ini, siswa yang tidak mengikuti aturan tidak akan bisa keluar kecuali ia melompat pagar dan menunggu sampai semua orang di sekolah sudah pulang "apa iya ada yang menunggu sampai mal, mending ikut aturan saja". Siswa yang sudah menyetor cangkir AQUA dan sampah plastik, OSIS akan memberi  semacam Ticket untuk bisa keluar yang nantinya akan diberikan kepada satu guru yang sedang berjaga di pintu gerbang. Ini adalah sitem  realisasi untuk mengatasi sampah di sekolah pastinya cankir AQUA atau cangkir minuman apapun akan di jual  kepengepul, dan uang dari penjualan akan turun ke uanga kas OSIS. 

Untuk sampah plastik atau sejenisnya akan di bakar atau cara yang lain oleh pengurus OSIS , program kerja yang cukup ekonomis. Sebelumnya program ini pernah dilakukan oleh Pengurus OSIS sebelumnya (poriode 2015-2016 dan 2016-2017) untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan sekolah, namun dengam cara yang berbeda. Sebelumnya OSIS hanya membeli cangkir AQUA plastik dari setiap kelas, dan nantinya OSIS akan menjual kembali kepengepul. Cara ini memang perlu membutuhkan modal terlebih dahulu dan keuntungan yang masuk ke uang kas OSIS tidak seberapa, berbeda dengan cara OSIS yang sekarang. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Cara kerja ini banyak menuai pro dan kontra dari siswa SMA Negeri 1 Sungai rotan sendiri. Menurut salah satu siswi cantik yang bernama Imesti kelas XII. IPA 1, berpendapat " Program kerja ini cukup episenuntuk mengatasi sampah di lingkungan sekolah, namun salahnya adalah cara kerjanya yang hanya bisa keluar setelah menerima cankir plastik namun sampah plastik dan sampah organik tidak diterima.

Siswa akan mengabaikan sampah yang lain dan berbondong-bondong akan mencari cankir AQUA, memang sampah plastik atau sejenisnya di terima oleh pengurus OSIS namun tidak bisa menambah nilai ticket keluar". Apakah program kerja ini akan berjalan lancar dan terus menerus?, waktulah yang akan menjawabnya. Namun program ini akan bertahan jika kedua belah pihak saling bekerja sama, antara siswa dan sekolah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun