Mohon tunggu...
Collie Puji
Collie Puji Mohon Tunggu... -

Menulis untuk membebaskan diri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teror Noah di Pilwali Makassar

20 Juli 2013   18:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:16 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Makassar sebentar lagi akan melaksanakan pemilihan walikota (Pilwali), yaitu pada 18 September 2013. Hiruk pikuk sosialisasi para kandidat yang berjumlah 10 pasangan calon sudah mulai terasa, dan semakin terasadi bulan puasa ini. Salah satunya yang paling intens adalah pasangan yang menamai dirinya NOAH, akronim dari None-Busrah Abdullah.

None adalah nama panggilan untuk Irman Yasin Limpo, yang merupakan saudara bungsu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Sementara Busrah Abdullah adalah Ketua PAN Kota Makassar, yang selama ini dikenal sebagai HAMBA.

Kehadiran NOAH dalam pertarungan Pilwali Makassar tergolong instan. Berbeda dengan pasangan calon lain yang persiapannya sudah bertahun-tahun dan menghamburkan begitu banyak biaya dan tenaga. Meski kehadirannya instan namun ternyata cukup menjadi ‘teror’ bagi pasangan calon yang lain.

NOAH sendiri didukung oleh Partai Amanah Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang suaranya sudah cukup untuk melanggengkan pasangan ini ke proses pecalonan.

Mengapa menjadi teror?

Pertama, kehadirannya yang tiba-tiba menjadi nilai berita tersendiri bagi media massa. Hampir setiap hari pemberitaan media banyak terkuras pada keinginan None atau Irman untuk menjadi calon walikota. Menjadi menarik karena selama ini tak pernah terdengar sebelumnya bahwa None akan ikut berkompetisi di Pilwali, justru yang banyak terdengan adalah saudara None yang lain, yaitu Haris Yasin Limpo.

Kedua, kehadiran None di Pilwali Makassar akan secara signifikan mengubah konstelasi yang sudah ada. Sebagai adik dari Gubernur dan sekaligus Ketua Golkar Sulsel, dinilai secara signifikan kehadirannya akan sangat potensial menggerogoti suara Supomo, Ketua Golkar Makassar, yang menjadi calon resmi dari Partai Golkar. Apalagi ada isu yang beredar bahwa SYL tidak sreg dengan pasangan Supomo-Kadir Halid (SUKA) yang terkesan bersifat paksaan dari Golkar Pusat, settingan Nurdin Halid. Dugaan ini semakin kuat dengan adanya sifat mendua dari sejumlah pengurus DPP Golkar Sulsel, yang secara terang-terangan mendukung NOAH ketimbang mendukung SUKA. Selain itu, suara pendukung SYL dari kubu Adil Patu dan Rudal kemungkinan akan terpecah dan sebagian akan lari ke NOAH. Hal ini kemudian diperparah dengan adanya pengembosan dari internal Partai Golkar Makassar sendiri. Adalah Muhammad Arsyad yang dengan terang-terangan membangkang dengan membuat baliho besar "Saya Golkar, Saya None", yang diikuti sejumlah kader lainnya. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya aksi pemukulan terhadap Arsyad yang dilakukan oleh tim Sukses SuKA di sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh Celebes TV.

Ketiga, semenjak menyatakan diri untuk ikut pencalonan hingga sekarang dukungan atas NOAH terus bertambah. Pengamat komunikasi UNHAS, Aswar Hasan, menyatakan sangat mendukung kehadiran None dalam konstelasi Pilwali, karena bisa menjadi figure alternative. Apalagi None sudah dikenal luas sebagai birokrat yang bersih dan cerdas. Berbeda dengan calon lain yang banyak memiliki cacat. Dani Pomanto misalnya, dikenal bukan berasal dari Bugis-Makassar, tapi dari Gorontalo. Adil Patu diketahui sempat disebut namanya dalam kasus korupsi Bantuan Sosial (BANSOS).Supomo dikenal sebagai orang yang temperamen dan sakit-sakitan. Muhyina adalah putri dari Hj Najmiah yang disoroti sebagai makelar tanah yang banyak melakukan penimbunan di pantai losari.

Dukungan untuk NOAH juga datang dari FKPSM Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat, yang dikenal memiliki jaringan luas di Makassar. Ada juga dukungan dari FKPPI, Kosgoro, Sampan Induk. Terakhir ada juga dukungan dari Senator Bahar Ngitung, yang dikenal memiliki basis massa yang kuat di Makassar.

Keempat, majunya None bukanlah karena keinginannya, tapi ‘dilamar’ dari partai. Adalah Ketua PAN Sullsel, yang pertama menyampaikan wacana ini. Ini membuat mesin kedua partai pendukung akan semakin efektif di lapangan.

Kelima, hasil survey beberapa bulanterakhir menunjukkan naiknya elektabilitas NOAH secara drastis. Hanya dalam jangka dua bulan elektabilitas NOAH dari angka 8 persen kini sudah hampir menembus angka 20 persen. Ini kemungkinan karena intensitas kunjungan NOAH ke lapangan, dukungan media yang setiap hari banyak memberitakan aktivitasnya. Dia bahkan menjadi host untuk acara “Saya None, Saya Bertanya”, yang ditayangkan di SUN TV. Acara ini cukup mendapat tanggapan yang antusias dari pemirsa SUN TV. Apalagi banyak tokoh masyarakat yang tampil dalam acara ini sebagai narasumber. Acara talkshow radio juga tiap hari dinilai banyak berkontribusi atas naiknya elektabilitas NOAH. Apalagi NOAH sangat resposif atas isu-isu yang sedang berkembang, yang membuatnya semakin dikenal warga.

Dengan sejumlah teror ini banyak yang memperkirakan NOAH akan menjadi kuda hitam dalam Pilwali ini. Jika pilwali akan dua putaran, maka banyak yang memastikan NOAH akan bisa menjadi dua besar dan bahkan mungkin bisa memenangkan Pilwali ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun