Mahasiswa sering demo? Ya. Mahasiswa selalu lantang menyuarakan kepentingan rakyat? Ya. Mahasiswa selalu mengabdi untuk rakyat? Ya. Tapi itu semua terjadi pada mahasiswa di era 80-an hingga tahun 2000 awal.
Sekarang mahasiswa bukanlah lagi mahasiswa. Mahasiswa sekarang bukanlah mahasiswa yang senantiasa menjunjung tinggiTri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, pengembangan dan penelitian, pengabdian masyarakat. Mahasiswa bukanlah lagi mahasiswa yang independen dan benar-benar menyuarakan kepentingan rakyat. Melainkan mahasiswa sekarang adalah mahasiswa yang menyuarakan kepentingan rakyat karena diiming-imingi imbalan tertentu oleh partai politik. Mahasiswa sekarang adalah mahasiswa yang lebih mengutamakan perutnya sendiri.
Lalu, mahasiswa sekarang pragmatis atau idealis? Sebentar. Kita lihat dulu pengertian dua kata itu di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI, pragmatis berarti bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dng nilai-nilai praktis; mengenai atau bersangkutan dengan pragmatisme. Dan jika kita telisik lebih dalam lagi, pragmatisme merupakan:
- Kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dsb), bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia.
- Paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah terus.
- Pandangan yang memberi penjelasan yang berguna tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.
Sedangkan, kata idealis berarti orang yang bercita-cita tinggi, pengikut paham idealisme. Dan idealisme merupakan:
- Aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yg dapat dicamkan dan dipahami.
- Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna.
- Aliran yang mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
Pengertian mudahnya, idealisme berarti menetapkan satu cara untuk mencapai tujuan, cara lain dikesampingkan. Dalam pragmatisme tidak terkungkung pada satu cara, tetapi lebih fleksibel. Mahasiswa yang idealis sebagian besar tidak mempunyai kebebasan dalam berpikir dan tidak pernah berpikiran terbuka (open mind). Mahasiswa idealis senantiasa berpikiran terbuka (open mind), sepanjang itu tetap dalam jalur untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Mahasiswa sekarang bagaimana? Pragmatis atau idealis? Dalam pandangan saya, sebagian besar mahasiswa sekarang merupakan mahasiswa kelewat pragmatis. Mereka sangat open minded. Hingga mereka tidak mempunyai pendirian, mudah terombang-ambing oleh beragam aliran pemikiran. Tentu itu tidak baik.
Yang baik adalah, mahasiswa harus mempunyai standing position yang jelas. Mereka harus mempunyai karakter. Tidak masalah jika mereka idealis. Tidak masalah jika mereka pragmatis. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka setengah-setengah dan tidak mempunyai standing position yang jelas. Idealis dan pragmatis sama-sama baik. Mereka mempunyai tujuan yang sama, bermanfaat bagi sesama. Hanya caranya saja yang berbeda.
Antara idealisme dan pragmatisme mungkin saja terjadi crash. Dan kemungkinan untuk terjadi crash cukup besar. Oleh sebab itu, mahasiswa harus selalu menjunjung tinggi sikap open mind (berpikiran terbuka). Sikap open mind menjadi jembatang untuk mengatasi jurang antara pragmatisme dan idealisme. Sikap open mind juga dapat mencegah terjadinya fanatisme yang berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H